Tentang pengucapan Umpasa;
a) Kalau kita hendak mengucapkan umpasa terlebih dahulu dikatakan:”Sai dilehon Tuhanta pardenggan basa i ma di hamu songon nani dokni umpasa on,”
b) Siapa yang layak mengucapakan umpasa Pasu-pasu?
Biasanya dahuu hanya pihak hula-hula yang mengucapkan umpasa pasu-pasu kepada parboruonnya, orang tua kepada anak-anaknya, abangan kepada adik-adiknya, jadi tidak boleh pihak boru mengucapkan umpasa pasu-pasu kepada hula-hulanya. Tetapi kalau keadaan sangat perlu boleh saja asalkan didahului dengan ucapan sbb:”Santabi di hula-hula nami, ndada na naeng mamasumasu hami rajanami ia hudok pe angka umpasa annon songon tangiang pangidoan nami doi tu Tuhanta,”.
(artinya: Maaf kan kami Hulahula kami, tidak ada maksud kami untuk mamasu-masu raja kami, kalaupun ada kata umpasa yang saya tuturkan itu adalh sebagai do’a memohon kepada Tuhan adanya). Setelah itu diucapakn umpasa tersebut.
Tetapi didalam pangampuan tidak perlu mengatakan sesuatu permohonan maaf untuk mengucapakna umpasa pasu-pasu seperti:
• Tur-tur ma inna anduhur, tio ninna lote
Angka pasupasumuna i sai unang muba unang mose.“
c) Selayaknya pengucapan umpasa harus teratur .Kalau banyak umpasa yang akan diucapkan, harus dijaga keterarturan dalam pengutaraannya jangan diucapkanumpasa seperti:
• Andor hadupang togutogu ni lombu;
Sai sarimatua ma hamu sahat tuna mangiringngiring pahompu.
Setelah itu dilanjutkan pula dengan umpasa :
• Giringgiring gostagosta;
Sai tibu ma hamu mangiringngiring jala mangompaompa,
Urutan umpasa dalam pengucapan tidak tepat lagi.Sebaiknya seperti yang tertera dibawah ini:
1-Umpasa untuk harapan agara kokoh dan rukun rumah tangga sbb:
• Bagot na mararirang ditoruna panggongonan,
Badan muna ma na so ra sirang, tondimuna masigonggoman.
2- Umpasa untuk keturunan yang banyak (hagabeon):
• Bintang ma na rumiris tu ombun na sumorop;
Anak pe dihamu sai riris, boru pe antong torop.
3- Umpasa agar mempunyai harta/kekayaan (Maradong):
• Urat ni nangka ma tuurat ni hotang;
Batudia pe hamu malangalangka, ba sai disi ma hamu dapotan.
4- Umpasa agar selalu Tuhan bersama mereka :
• Eme sitambatua parlinggoman ni soorok;
Dilehon Tuhanta ma di hamu tua jala sai hotma hamu diparorot.
5- Umpasa Penutup:
• Sahatsahat ni solu sahat ma tu bontean;
Sahat ma hamu leleng mangolu,
Sahat tu parhorasan dohut tu panggabean.
d- Sering juga diucapkan kepada pihak hulahula kata permintaan:
”Sai manumpak ma tondi muna, manuai sahalamu dihami parboruon muna“.
Kalimat ini dahulu adalah sesuatu permintaan yang sering diajukan kepada pihak hulahula kerna dahulu ada perumpamman bahwa hulahula adalag tuhan yang nampak. Tetapi sekarang setelah orang batak sudah mengenal Agama dan Tuhan Yang satu maka kata permintaan tersebut diatas tidak dipergunakan lagi,tetapi tidak secara keseluruhan dihapus ada sebagian yang ditiadakan dan diganti sesuai dengan perkembangan orang batak yang sudah mengenal Tuhan,Tuhan sajalah yang berhak memberi „Tua“. Adapun kata permintaan pada pihak hulahula diucapkan sebagai berikut:
„ Sai manumpak ma tondimu manuai sahalamu marhite tangiangmuna mangido pasupasu sian Tuhanta dihami parboruon muna“
e- Jangan terlalu mengotot.
Sewaktu membicarakan mahar/beli (sinamot), parjambaran serta yang berkaitan dengan acara tersebut sering ada yang terlalu mengotot untuk mempertahankan kehendaknya atau kebolehannya (nabinotona) atau yang sering dilakukan didaerahnya. Sekarang hal seperti itu tidak lagi pantas dilakukan. Ini yang perlu diingat:
a- Saling mencintai dan menyayangi yang harus ditonjolkan ini sebagai dasar adat yang baik.
b- Sekerang tidak ada lagi yang menguasai/ mengerti dengan pas mengenai adat secara 100 %, oleh karenanya alangkah baiknya saling pengertian.
c- Jadi kebiasaan dimana dilaksanakan acara (pesta) dilaksanakan:“ Solup na didapot do, parsuhathonon.”
f- Haruslah kita ingat pada pesan-pesan”Dalihan Na Tolu” dari orang-orang tua kita yang terdahulu.yaitu:
a. Hati-hati sesama semarga, “Manat mardongan tubu”
b. Lemah lembut pada pihak boru;”Elek Marboru,” serta
c.. Sujud pada pihak hulahula “Somba marhulahula”
d. Juga harus sopan berbicara, dan jangan terlalu rakus (hisabhu) pada makanan yang disajikan. Sehubungan dengan pesan dan petuah-petuah dari orang-orang tua dahulu adalah:
1) Pangkuling hasesega, papangan hasisirang.“
2) Ndada ala ni godangna umbahen na didapothon, ndada ala ni otikna umbahen na tininggalhon.
3) Hata mamunjung hata lalaen,hata torop sabungan ni hata.
4) Tuat siputi, nangkok sideak.
5) Ia i na umuli, i ma tapareak’
6) Niarit lili mambahen pambaba
7) Jolo nidilat bibir asa nidok hata.
g-Yang perlu diingat pada penyampaian atau mengucapkan tudutudu ni sipanganon,atau sewaktu penyampaian( acara) Upa-upa.:
Sewaktu penyampaian Tudutudu ni sipanganon dan upaupa harus dipegang tepi piring (pinggan) oleh kedua belah pihak baik si pemberi maupun sipenerima
h- Berdoa:
Kalau kita dari pihak hasuhutan (tuan rumah) jangan lupa memulainya dengan berdoa agar hajat kita terlaksana dengan baik dan diselalu dilindungi oleh Tuhan Yang Maha Kuasa.
Filsafat Batak disetiap pekerjaan Adat Batak:
1- Filsafat tentang “Juhut ni boru” : Mengikuti adat Batak “Hosa do alini hosa” artinya kalau kita mengambil yang bernyawa maka kita akan mengembalikan dengan yang bernyawa pula. Jadi kalau kawin anak kita laki-laki maka dia akan meminang anak perempuan dari marga lain (kalau menurut hukum diatas maka
akan diganti pula dengan orang) tetapi itu mustahil maka digantilah dengan hewan (Kerbau, lembu atau kambing dan bagi yang beragama Keristen Babi), jadi hewan itu menjadi ganti tubuh/daging dari anak perempuan yang kita ambil (lamar).Karena itulah dinamakan “ mangan juhut ni boru, dan itupula sebabnya siwanita tersebut tidak boleh memakan daging tadi, begitu juga pihak laki-laki tidak ikut sebagai parjambar.
2- Filsafat tentang “Hagabeon,Hasangapon,Hamoraon”:
Ada tiga nasihat/ pesan yang harus diingat masyarakat Batak, sehubungan dengan Dalihan Natolu yaitu
I- Manat mardongan tubu: artinya kalau kita ingin dihormati, maka hendaknyalah kita hati-hati, maksudnya panggillah Bapak (amang) kepada tingkatan Bapak (sai paramaon), Abang (hahang) kepada tingkat abang (parhahaon), Adik (anggia) kepada tingkat adik (si paranggion). Jangan selalu memposisikan diri kepada yang tidak patut, meskipun kita sudah kaya atau berpangkat, seperti dalam suatu acara meskipun kita sebagai haha partubu kalau masih ada didalam acara itu tingkatan Bapak (Bapak Uda), maka sepantasnya-lah kita harus mendahulukan beliau untuk berbicara (pajolohon).
II- Somba marhula-hula artinya: kalau kita hendak bahagia atau mempunyai anak cucu yang banyak dan baik (gabe), maka hormatlah marhula-hula (prinsip ini samapai sekarang masih tetap dijalankan orang batak). Pada Zaman dahulu orang batak beranggapan bahwa ditangan Hula-hula itulah hagabean.
III- Elek ma Boru, artinya: kalau mau kaya (mamora), lemah lembutlah pada boru, maksudnya: Jangan sekali-kali boru (hela) seenaknya saja menyuruh seperti menyuruh anak-anak atau dipaksa disetiap/ sembarang waktu dan dalam segala hal. Ataupun dibentak sesuka hati, hal itu tidak diperbolehkan untuk dilakukan. Yang seharusnya adalah harus kita membujuk dengan kata-kata yang menyejukkan untuk menyuruhnya. Kalaupun pihak boru menolak karena sesuatu hal dapat diterima akal jangan marah dan mengeluarkan kata-kata yang tidak senonoh. Kalu kita elek marboru bagaimanapun pihak boru tidak akan tega sampai hati menolak kita, dan boru tidak akan membiarkan kita susah, dan kita sebagai pihak hula-hula selalu diposisikan di tempat yang terhormat. Inilah yang dinamakan kekayaan yang sebenarnya.
bersambung..11