- Gelar : Raja Batak
- Nama : Angeessiry Timorraia
- Saudara Ipar : Aquarem Dabolay
- Dewa : Quiay Hocombinor, Ginnasserod (Dewa Kesedihan)
- Armada : 15 Ribu Orang (Terdiri dari 8 ribu orang Batak, dan selebihnya dari Menancabes, Lusons, Andraquires, Jambes dan Bournees, 40 Gajah, 12 Kereta dengan pasukan kecil dinamakan Fauleions,
- Pusat Kerajaan : Pananiu (Panaiu)
- Nama Kerajaan : Kerajaan Batak (menurut Tomi Pires dalam Suma Oriental posisinya ada diantara Pase dan Aru (haru).
Pusat kerajaan yakni Pananiu kemungkinan besar berhubungan erat dengan Kerajaan Panai seperti data dari Prasasti Rajendra Cola: Panai ditundukkan oleh Kerajaan Cola setelah mereka menundukan Sriwijaya. “Pannai, dengan kolam air, adalah Negara kedua yang ditaklukkan oleh armada angkatan laut (Colamandala – red). Pannai telah diidentifikasi sebagai Pani atau Panei, sebuah kota di pantai timur Sumatera (Wikipedia.org - Sastri, p 215). Jadi klaim bahwa Panai adalah tunduk pada Sriwijaya bisa dipatahkan.
Pannai juga disebut-ebut dalam naskah kuno Kerajaan Majapahit tulisan Empu Prapanca tahun 1365 Saka, jadi sulit menyatakan kerajaan ini kecil dan adalah taklukan Sriwijaya, karena kerajaan ini sudah ada jaman Sriwijaya Berjaya dan masih bertahan saat Sriwijaya dan Majapahit Runtuh.
Belum ditemukan bukti kemunduran kerajaan Panai sehingga pada tahun 1526 dan kenapa tiba-tiba kerajaan ini lenyap.
Dalam buku perjalanan Pinto di atas Letak Panai (Panaiu-Pananiu) ada di Pantai Barat Sumatra (Pinto menulis sisi lain dari Laut yang di sebut olehnya sebagai laut Mediterania – dimana Pindo berangkat dari Malaka dan singgah di Kerajaan Aru lalu menyusuri Timur Sumatra sampai kesisi lainnya). Bandingkan tulisan Walter Bonar Sidjabat dalam buku Ahu Si Singamangaraja, panai itu ada di daereah Pane sekarang (Padang Lawas).
Anak-Anak Raja Batak:
3 Putra Raja Batak telah tewas ditangan Tirani Aceh seperti isu suratnya kepada Kapten Portugal yang diterima oleh Pedro de Faria bertanggal Hari Kelima Bulan Kedelapan (hal. 15).
Dalam Hal 20 tertulis, Pinto Mengamati 2 orang Pangeran yang tidak disebut lagi sebagai Pangeran dari Negeri Tetangga (seperti tertulis di hal.15) , tidak begitu jelas apa pentingnya dia mengamati kedua Pangeran ini, jika memang mereka adalah anak dari Raja Batak maka menjadi identik dengan Tarombo Batak Toba yakni Si Raja Batak Mempunyai dua Orang Anak yaitu : Guru Teteabulan dan Raja Isumbaon.
Dan jika Siraja Batak tahun 1526 mempunyai dua orang Putra maka jarak satu generasi ke generasi selanjutya rata rata adalah :
2012 - 1539 = 473 tahun
maka jika Siraja Batak Sudah punya generasi ke 25 maka satu Generasi rata-rata : 486/25 = 18,92 tahun.
Cukup masuk diakal.
Dan Pernyataan ini telah menjadi fakta yang di akui dunia saat ini saat ini, karena didukung oleh:
- Sesuai dengan apa yang diakui dan dipercaya oleh mereka yang merupakan keturunan Siraja Batak seperti Tarombo di Toba dan masyarakat di luar Batak.
- Mereka yang menerima bahwa mereka adalah Batak tapi bukan keturunan Si Raja Batak seperti pada Tarombo Toba (semakain menguatkan point 1 diatas)
- Bahkan mereka yang bermarga tapi tidak merasa sebagai orang Batak (Artinya semakain mengukuhkan point 1 diatas).
Penyebab runtuhnya Sriwijaya
Kerajaan Sriwijaya mengalami keruntuhan disebabkan oleh:
1. Daerah-daerah vatsal banyak yang melepaskan diri
2. Serangan T'guh Dharmawangsa (Jawa) tahun 992 M
3. Serangan Raja Colamandala (India) tahun 1017 M
4. Ekspedisi Pamalayu oleh Raja Kertanegara (Singosari) tahun 1275 M
5. Serangan Majapahit tahun 1377 M
1. Daerah-daerah vatsal banyak yang melepaskan diri
2. Serangan T'guh Dharmawangsa (Jawa) tahun 992 M
3. Serangan Raja Colamandala (India) tahun 1017 M
4. Ekspedisi Pamalayu oleh Raja Kertanegara (Singosari) tahun 1275 M
5. Serangan Majapahit tahun 1377 M
1 komentar:
maaf bang, ikut komentar dikit yaa..
Angeessiry Timorraia, mungkin kalau diterjemahkan ke dalam gaya batak, adalah Anggi Sori Timur Raja (Raja dari Timur) abad 15. Lebih mengarah kepada Raja dari Simalungun, mungkin marga Purba, atau apalah, dan bukan Si Raja Batak di Pusuk Buhit yang sudah hidup beratus-ratus atau ribuan tahun lebih lama. Kerajaan Simalungun sekitar abad 14 atau 15 mungkin berperang dengan suatu Kerajaan dari wilayah Aceh (mungkin Linge dari Gayo).
Banyak analisa2 dari macam2 sumber, yang justru mengaburkan Si Raja Bataknya sendiri. Karena dari masa ribuan tahun Sebelum Masehi hingga tahun 1000-an ke atas, pasti banyak Raja-Raja Batak dari berbagai versi, yang kita sendiri tidak pasti yang mana sebenarnya Si Raja Batak yang di Pusuk Buhit itu?
Dari suatu sumber bahwa Si Raja Batak sudah hidup dari masa Sebelum Masehi, yang bisa saja dari Si Raja Batak ke anak2nya Guru Tatea Bulan, Raja Isumbaon dan Toga Laut, mengalami missing link (bisa ratusan tahun, bisa ribuan tahun).
Jadi kayanya gak mungkin Angeessiry Timorraia adalah Si Raja Batak dari Pusuk Buhit. atau juga dari Kerajaan Pannai di PadangLawas.
Sah-sah saja menghubungkan sejarah yang satu dengan yang lain, tapi jangan sampai membelokkan sejarah yang benar.
Mohon maaf, saya bisa saja salah, karena pengetahuan sayapun terbatas mengenai ini, hanya berdasarkan lihat sana lihat sini saya coba ikut komentar dikit.
Horas
Posting Komentar