Selasa, 30 Desember 2008

DR.L.Manik dengan saya tentang Guru Somalaing Pardede


DR.L.Manik cukup dikenal dibumi Nusantara sebagai komposer dengan lagu "Satu Nusa Satu Bangsa". Sehubungan dengan profesi beliau pada tahun akhir 1972, berkunjung ke daerah Tapanuli Utara untuk melakukan reset tentang musik Tradisional Batak, Musik toba, Karo, Simalungun, Mandailing bahkan Nias. Beliau dengan Rombongan menginap di Losmen Toga Laut Tawar. Ketika itu yang menerima/menyambut mereka adalah saya sendiri kira-kira pukul 20.30. malam, udara malam itu cukup dingin dan langsung menanyai saya, Apakah ada kamar untuk kami?, tanya seorang yang berbadan sedang tidak terlalu gemuk tetapi kelihatannya gempal karena orangnya pendek. Untuk berapa orang? Dia menjawab dengan singkat 3 kamar, tetapi kami perlu satu ruangan untuk barang-barang kami, sambungnya. Pikiran saya cuma barang tas pakaian mereka saja; kenapa tidak jawabku singkat. Tampa menunggu selesai jawaban saya beliau langsung menyuruh beberapa orang menurunkan barang-barangnya berupa alat-alat elektronik, seperti alat merekam equalizer dll, yang menurut saya pada saat itu cukup canggih. Sembari barang-barang mereka diturunkan dari Mobil, saya meminta pada beliau surat-surat identitas mereka, yang kemudian saya daftar/tulis dalam buku tamu (istilah pada saat itu). Tiba-tiba Pimpinan rombongan yang berbada gempal itu menegur saya yang sedang menulis, Aha do marga muna lae ? tanya nya dengan bahasa Batak. Saya kaget mendengar pertanyaan yang berbahasa Batak tersebut, dengan sedikit grogi saya menjawab, "Pardede". wah kebetulan lae, saya perlu bicara dengan lae besok, boleh tidak, saya bertambah bingung dengan permintaan beliau, untuk apa dia bicara dengan saya pikirku dalam hati.
Setelah mereka masuk kamar, dan ada yang mandi, saya pun sibuk dengan pekerjaa, saya memeriksa kondisi diparkiran mobil, ada berapa mobil yang sedang parkir malam itu, belum saya selesai mengontrol parkiran tiba-tiba pimpinan rombongan tadi menemui saya, yang kemudian mengajak saya masuk kedalam setelah kami duduk beliau memperkenalkan dirinya; Saya DR. L. Manik katanya sambil memperhatikan rawut muka saya dengan serius, selanjutnya kami berbahasa Batak yang kurang lebih artinya sebagai berikut:
- Sebetulnya saya kepingin berbicara dengan lae besok, tetapi setelah saya melihat jadwal perjalan kami, kami pagi-pagi harus sudah berangkat ke Samosir kerna kapal nya sudah siap berangkat pagi. katanya memulai pembicaraan
- Pukul berapa besok pagi? tanyaku
- kami sudah ada di kapal pukul 7.00 pagi katanya, Tentang pertanyaan saya tadi mengenai marga Lae adalah berhubungan dengan buku yang akan saya terbitkan tentang seseorang bermarga Pardede, sambung DR. L.Manik dengan semangat ,tanpa menunggu saya bertanya, beliau melanjutkan pembicaraanny, seakan dia ingin meamnfaatkan waktu yang singkat tersebut;
- Apa Lae pernah mengenal nama "Guru Somalaing Aji Pardede", karena tokoh ini lah yang saya ingin bukukan, dan tulisan saya tentang tokoh ini agak terkendala karena sesuatu, sejujurnya saya katakan kedatangan kami ke Tapanuli ini tidak ada hubungannya tentang tokoh ini, tetapi kami datang kesini adalah menyangkut tentang musik tradisional di Batak. Tadi di Parapat Semua teman-teman dalam rombongan ini mengusulkan agar menginap di Parapat saja. entah kenapa saya berkeras agar melanjutkan perjalanan dan di Balige saja menginapnya, katanya lalu ketawa , sayapun ikut ketawa menunjukkan pada beliau bahwa saya mendengar apa-apa yang diucapkannya.Bagaimana Lae apa pernah mendengar tetang nama itu?
- Pernah tapi sekilas saja saya dengar tentang nama "Guru Somalaing", tanpa nama Aji, itupu sebatas dongeng-dongenan saja, saya pikir orang yang bernama itu tidak ada, karena setiap ito (mangulaki) saya bercerita tentang nama itu selalu beliau seperti kesurupan, kataku seadanya.
- Siapa nama ito lae itu, apa masih hidup? tanya beliau bersemangat.
- Ya jawabku, karena ito ku itu adalah ito kandung dari Opung doliku, jawabku
- Jadi Lae Pardede dari mana?
- "Hauma bange" kataku
- Haa, serunya kaget; tidak salah lagi, aku sudah menemuinya gerutunya sambil menyodorkan tangannya padaku.
- Siapa Nama opung Lae itu tanya nya lagi.
- "Haji Abdul Halim Pardede" alias "Lobe Tinggi Pardede", alias "Avinas Pardede".
- Itonya namanya siapa ?
- Si Boru Tona br Pardede, jawabku singkat.
- Salam aku Lae, mana tau kita tidak ketemu lagi, saya hanya meminta doa lae semoga saya berhasil menfotonya.
- maksud lae apa, tanyaku.
- Inilah kendala yang membuat tulisan saya tentang beliau selalu tertunda, sudah berkali kali saya menfoto gambar beliau di Museum tidak pernah berhasil, selalu saya mengalami hal-hal yang aneh setiap saya berniat mengambil foto beliau.
- Foto opung itu memang ada tanyaku heran.
- Ada di museum bawah tanah, karena penjaga museum pun mengatakan padaku bahwa sudah banyak orang ingin menfoto ulang gambar beliau, tetapi tidak pernah ada yang berhasil, dan mereka penjaga museum mengyakini Guru Somalaing Aji Pardede itu adalah orang yang sakti, pustahanya yang ada disimpan dimuseum itupun tidak sembarangan yang boleh melihatnya,
dan Guru Somalaing Aji Pardede itu mereka katakan sebagai Nabi bagi Agama Parmalaim, kata DR.L.Manik bersemangat. Saya tetap sebagai pendengar yang baik karena cerita beliau adalah hal yang baru bagi saya, dan banyak lagi cerita beliau tentang Guru Somalaing Aji Pardede. baik tentang perjuangan serta hubungan beliau dengan Sisingamangaraja, maupun tentang Agama Parmalim. kami asyik bercerita tanpa menyadari malampun telah larut, kemudian beliau pamit untuk istirahat,
- Lae, tolong salam saya sekali lagi, agar saya dapat berhasil menfoto gambar beliau, sesampainya saya di Leiden saya akan kabari LAe. Kemudian kami bersalaman dengan eratnya, kedua tangannya menggenggam tangan ku seakan takut berpisah.

Aku duduk didepan Penginapan kami sambil memperhatikan orang-orang yang lewat , tiba-tiba saya tersentak akan kedatanga tukang pos ada surat untuk si Toga katanya, sambil menyodorkan sebuah emplop, lalu emplop tersebut kuterima, spontan kulihat pengirimnya, dan saya tidak menduga surat tersebut dari DR.L.Manik - Leiden. Kemudian saya membuka isinya, alangkah senangnya saya melihat isi dari kiriman itu berupa selembar surat dan sebuah Foto yang tertulis namanya "Guru Somalaing Aji Pardede"

Beberapa setelah kedatangan kiriman dari DR.L.Manik, Opung saya beserta Bapak uda Saya H.Pardede datang keBalige sehubungan dengan kelahiran anak saya kedua , Opung membawa seekor KAmbing Jantan warna Putih, dan kemudian memberi nama anak saya sahara Mangadar, kerna saya tidak mengerti makana dari sahara maka saya usulkan pada Opung agar sahara itu diganti saja dengan Syah, Opumg dan uda setuju dengan usul saya maka nama anak saya menjadi Syah mangadar Pardede. Kedatangan Opung dengan Uda saya sangat menggembirakan kami, maka tak ayal lagi saya menceritakan pertemuan saya dengan DR.L.Manik. Opung mendengar cerita saya begitu terharu. saya tidak mengerti kenapa matanya berlinang, malahan saya tidak menceritakan kepada mereka bahwa saya telah menerima sebuah kiriman dari DR.LManik, berupa surat dan foto, karena saya takut melanggar pesan dari DR.L.Manik.
Tetapi suatu hari Bapak Uda saya "Harun Pardede" datang ke Balige dari Parapat, dalam rangka Kepanitiaan Tugu Raja Toga Laut Pardede, menurut pengakuan beliau setelah meninggal Bapak Saya"ama Toga Pardede", maka Terpilihlah pengurus baru yaitu diketuai: "Harun Pardede dan Sopar Pardede", beliau menceritakan pada saya program-program mereka agar dapat membangun kembali tugu Raja Toga Laut Pardede, kemudian beliau menyarankan kepada saya untuk menghubungi kembali DR.L.Manik. Setelah saya mendengar segala macam program beliau dengan uda S.Pardede, tanpa pikir panjang, saya menceritakan kepada uda bahwa saya baru menerima surat dan Gambar Guru Somalaing Pardede dari DR.L.Manik. Tetapi saya belim boleh memberi sama siapa-siapa, sesuai janji saya dengan DR.Lmanik, hal itu dicantumkan didalam suratnya. Tetapi karena saya pun sangat mengharap, kami dapat membangun kembali Tugu Opung kami Raja Toga Laut Pardede, dan BApak uda saya pun bersumpah tidak akan mengedarkannya kepada siapapun maka gambar tersebut saya serahkan kepada Bapak uda saya yang bernama Harun Pardede, dengan janji seminggu kemudian akan dikembalikan kepada saya. Saya menunggu 1 minggu, 1 bulan hingga 3 bulan bapak uda saya tidak memberikabar apa- apa, tidak berapa lama saya maendapat kabar dari DR. L.Manik, bahwa gambar Guru Somalaing Aji Pardede telah beredar dan terdapat didalam buku si Raja Batak. DR.L.Manik sangat kecewa pada saya sejak itu komunikasi kami terputus. Betapa Ruginya kami keturunan Raja Toga Laut Pardede. Saya sangat menyesali akan kelalaian saya tersebut. Suatu hari saya ditelepon seseorang agar saya datang menemuinya di suatu tempat, saya merasa mengenal suara itu dan saya yakin beliau adalah DR.L.Manik. Tetapi tidak berapa lama kemudian saya mendengar beliau meninggal. -TH.Pardede

Jumat, 26 Desember 2008

PARMALIM, ADALAH BAGIAN DARI BUDAYA BATAK



Agama Kepercayaan yang ada di Indonesia hampir dapat dikatakan tidak terlepas dari pengaruh agama Hindu, tidak terkecuali agama kepercayaan suku Batak, Sipelebegu, Parbaringin, Parmalim dll. Yang kemudiannya pengembangannya tersentuh dengan pengaruh agama Islam Protestan/katolik.

Sesuai dengan topik bahasan kali ini kita mengkhusukannya pada Agama Parmalim:

Agama ini merupakan sebuah kepercayaan 'Terhadap Tuhan Yang Maha Esa' yang tumbuh dan berkembang di Sumatera Utara sejak dahulukala. "Tuhan Debata Mulajadi Nabolon" adalah pencipta manusia, langit, bumi dan segala isi alam semesta yang disembah oleh "Umat Ugamo Malim" ("Parmalim").

Awalnya, Parmalim adalah gerakan spiritual untuk mempertahankan adat istiadat dan kepercayaan kuno yang terancam disebabkan agama baru yang dibawa oleh Belanda. Gerakan ini lalu menyebar ke tanah Batak menjadi gerakan politik atau 'Parhudamdam' yang menyatukan orang Batak menentang Belanda. Gerakan itu muncul sekitar tahun 1883 atau tujuh tahun sebelum kematian Sisingamangaraja XII, dengan pelopornya Guru Somalaing Pardede.

Menurut Profesor Dr Uli Kozok MA dari University of Hawaii, Minoa, USA, mengatakan, Sisingamangaraja XII bukan beragama Islam, Kristen maupun Parmalin melainkan beragama Batak Asli.
"Selama ini banyak kontroversi yang terjadi dimasyarakat tentang agama yang dianut Sisingamangaraja XII. Ada yang mengatakan dia beragama Kristen, maupun Islam, bahkan tidak sedikit yang menyebut dia beragama Parmalin yang menurut sebagian orang merupakan agama aslinya orang-orang Batak," katanya, di Medan, Kamis.
Menurut dia, Parmalin bukanlah agama asli orang Batak. Parmalin merupakan agama kombinasi atau perpaduan dari agama Islam dan Kristen.
Ketika agama Parmalin berkembang di Tanah Batak, Sisingamangaraja XII sendiri sudah berada di Dairi dalam pengungsian menghindari serbuan-serbuan dari tentara Belanda.
"Jadi agama Sisingamangaraja XII adalah Batak asli yang usianya jauh lebih tua dari agama Parmalin," katanya.
Mengenai bukti-bukti yang ditunjukkan dalam stempel Sisingamangaraja XII yang menggunakan aksara campuran Batak Mandailing Angkola, Arab Melayu dan Kawi juga tidak membuktikan bahwa ia telah memeluk agama Islam.
Sebagai seorang yang mengklaim dirinya penguasa di tanah Batak, sudah selayaknya Sisingamangaraja XII memilik sebuah stempel sebagai lambang kebesarannya dan wajar saja jika dia menggunakan aksara Arab Melayu dalam stempelnya kerena saat itu Bahasa Melayu sudah menjadi bahasa pengantar di Sumatera.(ANTARA News
)

Dari pernyataan Prof.Dr.Uli Kozok MA dapat kita ambil suatu kesimpulan, agama Parmalim adalah bagian dari Agama Asli Batak (agama dari Sisingamangaraja), yang awalnya bergerak sebagai gerakan Politik atau Parhudamdam dipelopori oleh Guru Somalaing Pardede untuk menggalang kekuatan menentang Belanda, kemudian berkembang menjadi benteng untuk mempertahankan adat istiadat Batak yang mulai tertekan dengan agama baru disponsori Belanda yakni Keristen. Parmalim dengan kekuatan yang mulai berkembang menjadi suatu kepercayaan dengan sentuhan sentuhan Islam dan Keristen. Dengan kata lain Agama Parmalim percaya kepada Tuhan yang Esa yang disebut "Debata Mulajadi Nabolon".

Oppu Mula Jadi Nabolon dipercaya sebagai pencipta alam semesta yang tak berwujud. Dia mengutus manusia sebagai perantaranya, yaitu Raja Sisingamangaraja, yang juga dikenal dengan Raja Nasiak Bagi. Raja Nasiak Bagi adalah istilah untuk kesucian atau hamalimon serta jasa-jasa sang raja hingga akhir hayat yang tetap setia mengayomi Bangsa Batak. Dengan begitu, agama Parmalim meyakini Raja Sisingamangaraja dan utusan-utusannya mampu mengantarkan Bangsa Batak kepada Debata atau Tuhan.

Ada 3 (tiga ) tokoh yang sangat berperan dalam Agama Parmalim yaitu:

1- Sisingamangaraja XII. 2- Guru Somalaing Pardede. 3-Raja Mulia Naipospos.


1- Sisingamangaraja XII: (Raja Nasiak bagi) adalah tokoh yang diyakini sebagai utusan Mulajadi Na Bolon untuk orang Batak .






2- Guru Somalaing Pardede: adalah tokoh karismatik beliau sebagai sebagai tokoh spritual, politik ahli strategi dan beliauselalu nekad melakukan aksi pengorganisasian Hamalimon, Oleh Karenanya Sisingamangaraja XII lebih mempercayainya sebagai penasehat Perang. Disamping itu Guru Somalaing Pardede memiliki wawasan dan ilmu yang luas, oleh karenanya seorang ilmuawan dari Italy bernama Modigliano sangat mengharap bantuan Guru Somalaing Pardede untuk mendampinginya dalam perjalanan nya keliling tapanuli hingga Asahan. Tidak mustahil ilmu dan wawasan Guru Somalaing Pardede bertambah baik dibidang Obat-obatan, dan spritual, perkenalan beliau membuatnya mengenal Maria ibunda Jesus dan Jesus sendiri. Begitu juga sebelumnya beliau lebih dahulu mengenal ke spritualan Islam, menurut DR. L.manik Guru Somalaing pernah menuntut Ilmu perang di Aceh dengan rekomindasi Panglima- Aceh yang diperbantukan pada Sisingamangaraja. Dengan demikian kemungkinan besar Ajaran agama Parmalim yang ditokohi Guru Somalaing Pardede


3- Raja Mulia Naipospos: Sebelum menjadi pemimpin Parmalim Huta tinggi, Beliau adalah Raja Parbaringin bius Lagu boti.Raja Mulia memegang teguh peranannya untuk tidak muncul sebagai sosok perlawanan anti kolonial, sehingga lebih didekatkan kepada Missionaris Nommensen di Sigumpar. Ini merupakan pengkaderan secara terselubung agar tidak segera dipatahkan oleh gerakan misi kristen dan penjajah. Dengan Sikap beliau maka Agama Parmalim dapat eksis hingga kini.


Jadi Parmalim sebagai Agama monoteis (menurut keyakinan penganutnya) juga mempunyai sekte-sekte Yaitu: Parmalim sekte rasulnya Guru Somalaing berkedudukan di Balige, Parmalim sekte di Huta Tinggi, Laguboti, yang dipimpim Rasul Raja Mulia Naipospos. Sekte dengan Rasul Guru Mangantar Manurung di Si Gaol Huta Gur-gur, Porsea. Sekte lain yang sudah pudar adalah Agama Putih dan Agama Teka. Meskipun demikian Sekarang Agama Parmalim yang berpusat di Huta Tinggi Laguboti adalah Agama Parmalim yang sanagt menonjol.

Dalam melaksanakan ibadah:

Parmalim melaksanakan upacara (ritual) Patik Ni Ugamo Malim untuk mengetahui kesalahan dan dosa, serta memohon ampun dari Tuhan Yang Maha Esa yang diikuti dengan bergiat melaksanakan kebaikan dan penghayatan semua aturan Ugamo Malim.
Sejak lahir hingga ajal tiba, seorang “Parmalim” wajib mengikuti 7 aturan Ugamo Malim dengan melakukan ritual (doa). Ke-7 aturan tersebut adalah :
1. Martutuaek (kelahiran)
2. Pasahat Tondi (kematian)
3. Mararisantu (peribadatan setiap hari sabtu)
4. Mardebata (peribadatan atas niat seseorang)
5. Mangan Mapaet (peribadatan memohon penghapusan dosa)
6. Sipaha Sade (peribadatan hari memperingati kelahiran Tuhan Simarimbulubosi)
7. Sipaha Lima (peribadatan hari persembahan / kurban)
Selain ke-7 aturan wajib di atas, seorang “Parmalim” harus menjunjung tinggi nilai – nilai kemanusiaan seperti menghormati dan mencintai sesama manusia, menyantuni fakir miskin, tidak boleh berbohong, memfitnah, berzinah, mencuri, dan lain sebagainya.
Diluar hal tersebut, seorang “Parmalim” juga diharamkan memakan daging babi, daging anjing dan binatang liar lainnya, serta binatang yang berdarah.
Tak terasa, malam semakin larut. Waktu terasa sangat singkat saat pak Sirait menjelaskan detail demi detail soal “Parmalim”.

Ritual suci
Tiap tahun ada dua kali ritual besar bagi Umat Parmalim. Pertama, Parningotan Hatutubu ni Tuhan atau Sipaha Sada. Ritual ini dilangsungkan saat masuk tahun baru Batak, yaitu di awal Maret. Ritual lainnya bernama Pameleon Bolon atau Sipaha Lima, yang dilangsungkan antara bulan Juni-Juli. Ritual Sipaha Lima dilakukan setiap bulan kelima dalam kalender Batak. Ini dilakukan untuk bersyukur atas panen yang mereka peroleh. Upacara ini juga merupakan upaya untuk menghimpun dana sosial bersama dengan menyisihkan sebagian hasil panen untuk kepentingan warga yang membutuhkan. Misalnya, untuk modal anak muda yang baru menikah, tetapi tidak punya uang atau menyantuni warga yang tidak mampu. Seperti diutarakan Monang Naipospos, Pengurus Pusat Parmalim.

Tempat ibadah Umat Parmalim disebut Bale Pasogit.

Jika melihat fisik bangunan rumah ibadah Parmalim, Bentuk bangunan Bale Pasogit menyerupai gereja pada umumnya. Namun, dilengkapi lapangan yang cukup luas yang digunakan umat Parmalim merayakan hari besar mereka. maka pada atap bangunan terdapat lambang tiga ekor ayam. Lambang Tiga ayam ini punya warna yang berbeda, yaitu hitam lambang kebenaran, putih lambang kesucian dan merah lambang kekuatan atau kekuasaan. merupakan lambang ”partondion” (keimanan). Konon, menurut ajaran Parmalim, ada tiga partondian yang pertama kali diturunkan Debata ke Tanah Batak, yaitu Batara Guru, Debata Sori dan Bala Bulan. Sementara ayam merupakan salah satu hewan persembahan (kurban) kepada Debata.

Saat itulah tari tor-tor digelar sebagai bentuk pemujaan. Tarian itu diiringi Gondang Sabangunan yang merupakan alat musik orang Batak. Tari tor-tor dipercaya sebagai salah satu bentuk persembahan juga.

Ketika upacara berlangsung, laki-laki yang sudah menikah mengenakan sorban di kepala, juga sarung dan selendang Batak, atau ulos. Sementara yang perempuan memakai sarung, juga mengonde rambut mereka. Pujian dan persembahan dilakukan dengan hati suci, atau hamalimon.

Dibawah ini ada beberapa pernyataan dan pengakuan dari Pimpinan Agama Parmalim yang berada di Hutatinggi Lagu Boti Kabupaten Tobasa:

Berdasarkan sejarah, Parmalim Hutatinggi dirintis Raja Mulia Naipospos (wafat 18 Februari 1956). Saat ini Parmalim Hutatinggi dipimpin Raja Marnakkok Naipospos, cucu Raja Mulia Naipospos. Penganut Parmalim Hutatinggi tercatat sekitar 6.000 jiwa (1.500 KK) dan tersebar di 50 komunitas di seluruh Indonesia.
Di Hutatinggi, terdapat kompleks bernama Bale Pasogit (balai asal-asul). Ada empat bangunan berarsitek Batak yang terdapat dalam kompleks itu yakni, Bale Partonggoan (balai doa), Bale Parpitaan (balai sakral), Bale Pangaminan (balai pertemuan), dan Bale Parhobasan (balai pekerjaan dapur). Bagi umat Parmalim, Bale Pasogit merupakan Huta Nabadia (tanah suci). Semua bale ini didesain dengan motof batak yang sarat dengan arti khusus.
Di kompleks itu pula, dua kali dalam setahun, umat Parmalim menggelar upacara keagamaan besar Sihapa Sada (upacara menyambut tahun baru sekaligus memperingati kelahiran para pemimpin spiritual Parmalim) dan Sipaha Lima (upacara syukuran atas rahmat yang diterima dari Raja Mulajadi Nabolon). Dalam upacara syukur Doa dipimpin langsung oleh Raja Marnakkok Naipospos, yaitu ulu panguan atau pemimpin spiritual Parmalim terbesar di Desa Hutatinggi, Kecamatan Laguboti, Kabupaten Toba Samosir. Dalam doanya, Marnakkok Naipospos mengucap syukur kepada Tuhan yang telah memberikan kehidupan. Ucapan syukur dilakukan umat Parmalim setiap hari Sabtu.

Beberapa ucapan dan pengakuan Pimpinan Agama Parmalim :

Marnakkok Naipospos: "Samisara itu hari ketujuh bagi orang Batak. Diidentikkan dengan hari Sabtu, supaya berlaku untuk selamanya. Karena kalau kita bertahan pada kalender Batak, yang muda ini bisa bingung. Makanya kakek kita menentukan samisara ini hari Sabtu."

Marnakkok Naipospos: "Inilah balai pasogit. Ini tempat ibadah dan menyembah setiap hari Sabtu. Seluruh warga masuk ke rumah ini. Kira kira 1 jam kita beribadah, tergantung jemaat yang akan memberikan wejangan. Karena mereka secara sukarela memberikan wejangan kepada jemaat lain."

Monang Naipospos: "Jadi Sipaha Sada inilah bulan pertama inilah tahun tanggal pertamanya, ini lah tahun baru orang Batak. Karena pada pertengahan bulan itu adalah bulan penuh di atas, bulan purnama, jadi pada saat itulah kita melakukan persembahan kepada mula jadi nabolon."

Monang Naipospos: "Jadi tor-tor itu juga persembahan, karena total gerak kita harus sadar karena untuk persembahan, sehingga gerakannya harus hati-hati, karena gerakan tor-tor Parmalim bukan hiburan."

Monang Naipospos - Pengurus Parmalim Hutatinggi

Monang Naipospos: "Sejak raja Batak, sudah mengenal yang menciptakannya. Makanya semua orang Batak tahu, bahwa yang menciptakan semua ini adalah Raja Mula Na bolon. Nah, ajaran ajaran ini disebut dengan kesucian atau hamalimon."

Begitulah umat Ugamo Malim dalam melaksanakan ritual suci mereka. Tapi pelaksanaan ritual ini tak melulu bisa berlangsung dalam damai. Masih banyak penganut Parmalim yang mendapat diskriminasi, bahkan di Tanah Batak, tanah kelahiran agama Parmalim ini. Monang Naipospos, pengurus Pusat Parmalim:

Monang Naipospos: "Begitu datang agama Kristen, cara-cara ibadah hamolimun menjadi tersingkir, mereka mulai menganggap bahwa hamalimun adalah animisme. Bahkan Belanda mensyaratkan bagi masyarakat yang ingin bekerja, sekolah dan bertani, harus terlebih dahulu dibaptis. Akibatnya, umat parmalim inilah yang bertahan tidak mau dibaptis."

Memaknai upacara sipaha sada
Pada perayaan sipaha sada para penganut ogamo malim datang dari berbagai penjuru yang tersebar di 50-an komunitas dan sekitar 1500 KK. Dari jumlah itu mereka tidak sekedar hadir, tetapi mereka aktif-partisipatif dalam seluruh rangkaian upacara karena mereka meyakini bahwa Bale Pasogit adalah Huta Nabadia (Tanah Suci).
Upacara Sipaha Sada dilaksanakan di dalam ruangan Bale Pasogit, sementara upacara Sipaha Lima diadakan di luar karena teknis pelaksanaannya besar dan berciri kosmis. Menurut Raja Marnangkok Naipospos, pimpinan umum ugamo malim saat ini upacara Sipaha Sada merupakan pembuka tahun dan hari yang baru bagi penganut parmalim Huta Tinggi. “Inti pesta Sipaha Sada ialah menyambut kelahiran dan kedatangan Tuhan Simarimbulu Bosi dan para pengikut setianya yang telah menderita dalam mengembangkan ajaran Ugamo Malim ini,” jelas Raja Marnangkok. Si Marimbulu Bosi bagi penganut parmalim adalah nama Tuhan bangsa Batak.
Menurut generasi ketiga dari keturunan perintis ugamo malim ini setiap aturan yang dilaksanakan di Bale Pasogit harus dihadiri oleh seluruh umat parmalim. Maka tidaklah mengherankan upacara tahun baru parmalim ini sungguh menjadi momen penting sebagaimana hari natal bagi penganut agama Kristen. Untuk itu, dua hari sebelum upacara Sipaha Sada, diadakan juga mangan napaet (makan sesuatu yang pahit) yakni menyantap makanan simbolik untuk mengenang kepahitan dan penderitaan Raja Nasiak Bagi, sang penebus mereka. Bahan-bahan makanan tersebut merupakan paduan antara daun pepaya muda, cabe, garam, dan nangka muda yang ditumbuk dengan halus. Ritus mangan napaet berlangsung sebagai pembuka dan penutup puasa yang mencapai waktu sampai 24 jam.
Itulah bagi penganut parmalim sebagai bulan permenungan, pertobatan dan bulan penuh rahmat. “Makna hakikinya, bahwa parmalim pada saat sebelum Sipaha Sada ini sudah melaksanakan upacara pengampunan dosa,” jelas Raja Marnangkok yang sudah mengemban kepemimpinan ugamo malim selama dua puluh lima tahun, sejak 1981.
Dengan demikian bisa dikatakan perayaan Sipaha Sada dapat dianggap sebagai jantung ritus dalam upacara keagamaan Parmalim Huta Tinggi. Perayaan itu memuncak dalam tonggo-tonggo (doa-doa) yang dilambungkan pada hari kedua. Ritus itu berlangsung selama lima jam, mulai jam dua belas siang hingga pukul lima sore. Upacara religius itu diselang-selingi oleh tonggo-tonggo, dengan iringan ritmis musik tradisional gondang hasapi, tortor, dan penyampaian persembahan.
Satu hal yang menarik ialah bahwa mereka tetap mempertahankan aturan-aturan ni panortoran. Sesuai dengan catatan Thomson Hs, seorang penyair dan penggiat budaya Batak Toba dan praktek pelaksanaan upacara religius Sipaha Sada baru-baru ini ada sepuluh jenjang doa yang disampaikan.
Dan setiap doa disertai dengan iringan musik tradisional Batak Toba. Doa-doa tersebut ialah:
1. Doa untuk Mulajadi Nabolon, Tuhan Pencipta langit dan bumi.
2. Doa untuk Debata Natolu, (Batara Guru, Debata sori, dan Bala Bulan).
3. Doa untuk Siboru Deak Parujar, yang memberi sumber pengetahuan dan keturunan.
4. Doa untuk Naga Padoha Niaji, penguasa di dalam tanah.
5. Doa untuk Saniang Naga Laut, penguasa air dan kesuburan
6. Doa untuk Raja Uti yang diutus Tuhan sebagai perantara pertama bagi manusia (Batak).
7. Doa untuk Tuhan Simarimbulu Bosi yang hari kelahirannya sekaligus menjadi momentum perayaan Sipaha Sada.
8. Doa untuk Raja Naopat Puluh Opat yakni semua nabi yang diutus Tuhan kepada bangsa-bangsa melalui agama-agama tertentu, termasuk Sisingamangaraja yang diutus bagi orang Batak.
9. Doa untuk Raja Sisingamangaraja, raja yang pernah bertahta di negeri Bakkara.
10. Doa untuk Raja Nasiak Bagi, yang dianggap sebagai penyamaran atau inkarnasi Raja Sisingamangaraja. Pseudonominya biasa disebut Patuan Raja Malim.
Jadi, secara “teologis” bisa dikatakan bahwa ugamo malim juga menganut paham monoteistik, kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa karena tujuan akhir semua doa mereka tetap diarahkan kepada debata Mulajadi Nabolon. Usai doa-doa itu dipanjatkan dilanjutkanlah “kotbah” atau renungan yang disampaikan oleh pimpinan, Raja Marnangkok Naipospos. Kemudian mereka manortor secara bergiliran mulai dari keluarga Raja sampai naposo bulung (muda-mudi).

Kesimpulan tentang Agama Parmalim:


1. Tuhan: Mulajadi Na Bolon (Yang Maha Besar tempat semua makhluk berasal)
2. Tempat Ibadah: Bale Parpitaan dan Bale Partonggoan
3. Kita Suci: Tumbaga Holing
4. Pembawa Agama/Tokoh Spiritual: Raja Uti
5. Pantangan: Riba, Makan Darah, Babi dan Anjing serta Monyet
6. Hari Suci: Sabtu
7. Pertama kali berdiri: 497 Masehi atau 1450 tahun Batak
Sandaran Teologis
Filosofi Teologis dalam pemahaman Parmalim adalah tentang sebuah eksistensi. Eksistensi manusia harus didasarkan pada komunikasi pada alam. Tanpa itu keseimbangan tidak dapat dipertahankan. Salah satu ujud dari komunikasi kepada alam akan membentuk penyadaran diri sebagai makhluk yang lemah.
Kegulauan dalam pikiran yang menimbulkan pertanyaan dalam diri akan mendapat jawaban dari diri itu sendiri, sebagai sebab akibat, bahwa segala sesuatu itu ada karena ada yang mengadakannya atau yang membuatnya ada.
Siapa yang mengadakan sesuatu itu tidak dapat dijelaskan dengan alam pikiran manusia. Tetapi ada suatu kuasa. Kuasa yang Maha Besar dan agug yang tidak dapat dibandingkan.
Tuhan
Ugamo malim menyebut kuasa itu adalah Mulajadi na Bolon. Mulajadi na Bolon adalah Tuhan Yang Maha Esa yang tidak bermula dan tidak berujung.
Keberadaannya adalah kekal untuk selama-lamanya. Keberadaan Mulajadi Nabolon itu dalam ajaran malim dapat dipahami dari tonggo-tonggo atau ayat-ayat doa berikut ini;
Ompung Mulajadi nabolon


Ho do namanjadihon langit na manjadihon tano
Namanjadihon saluhut nasa naadong
Ho do namanjadihon jolma umbahen naadong
Na manjadihon harajaon asa adong
Margomgom di toru ni langitmu, di atas ni tano on
Dijadihon ho do tondim jadi anakmu
Ima Raja Nasiakbagi
Margomgom hami di ruma hamalimon mi
Parajar si oloan jala marmeme si bonduton
Ajarna i do nahuoloi hami
Mamena i do na huparngoluhon hami
Umbahen ro hami saluhut ginomgom ni tondina
Sian holang-holang ni dosa nauanu on
Marluhut si pangantaran ni bale parpitaan
Dohot bale partonggoan
Marsomba mardaulat tu ho
Marhite lapir ni tangan nami marsomba
Timpul ni daupa dohot pangurason
Indahan na las
Dengke ni lean
Pira ni ambalungan
Manuk lahi bini
Hambing puti si tompion
Teori-teori teologis yang dimengerti dalam ayat-ayat tersebut adalah bahwa Mulajadi na Bolon atau Tuhan itu wujud atau ada. Tetapi tidak dapat dilihat. Dia tidak bermula dan tidak mempunyai ujung. Dia dapat dihubungi dan dijumpai hanya dalam alam spiritual. Teori ini mengatakan bahwa dia dapat disembah dengan sesaji. Dapat dipuji dalam kehidupan yang lebih mendalam dari kehidupan manusia.
Dia adalah mutlak absolut, Maha Esa, Maha Kuasa, Maha Agung dan tidak dapat dibandingkan. Dia dekat dan jauh dari alam ciptaannya. Dia adalah kuasa menghukum dan kuasa mengampuni. Kuasa kasih dan kuasa murka. Demikianlah sifat-sifat Mulajadi Na Bolon, Tuhan yang satu bersadarkan Ugamo Malim.
Keberadaan kuasa Mulajadi Nabolon menurut ugamo malim terpencar dalam wujud Debata Natolu, Debata Na Tolu adalah wujud kuasa dari tiga fungsi kuasa Tuhan Yang Maha Esa.
8- Agama Parmalim adalah Kepercayaan Asli Batak dan bagian dari budaya Batak.

Untuk sementara ini kita cukupkan dahulu ulasan tentang Parmalim, selanjutnya akan mengulas tokoh-tokoh spritual Batak,- TH.P

Minggu, 23 November 2008

MUAL JABI-JABI



Kakek papa saya bernama Haji Abdul Halim Pardede, berdomisili di kota toris Parapat Danau Toba , Papa saya lahir di kota Parapat, sedangkan kakek saya berdomisili di Balige, Kakek papa saya dan kake saya sendiri selalu berpesan kepada kami agar selalu memelihara partuturan (sistem kekarabatan batak) dengan pedoman dalihan natolu. Meskipun ibu saya keturunan jawa solo, ibu saya juga menanamkan kepada kami anak-anaknya tetap memegang teguh budaya, dan adat istiadat baik budaya Batak maupun budaya Jawa, bahkan budaya yang ada dibuni Indonesia karena semua budaya bebasis moral.
Oleh karena itu tergerak hati saya untuk membuat suatu Weblog, untuk menambah wawasan saya tentang budaya dan adat istiadat. menurut alkisah bah saya ini adalah bermarga Pardede sesuai dengan marga kakek dan papa saya yaitu Pardede Jabi-jabi dulunya disebut juga pardede hauma bange, dari garis keturunan Raja Toga Laut Cucu Raja Bonani Onan Pardede dari anaknya Raja Paindoan Pardede, yang dahulunya bermukim dilumban Jabi-Jabi (Tugu Jenderal Panjaitan) dipusat kota Balige ibukota kabupaten Tobasa.
Adapun asal nama Lumban jabi-jabi tidak terlepas dari keberadaan sebuah sumber mata air yang mempunyai peranan penting dalam kehidupan keturunan Raja Bonani Onan Pardede ketika itu, bahkan dahulu sumber Mata ier ini adalh tempat maranggir Raja-Raja bahkan Raja Sisingamangaraja pernah maranggir diMual Jabi-jabi tersebut, meskipun perkampungan tersebut berada dekat pantai Danau Toba, Namun untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka dan lain-lainnya tetap memanfaatkan air dari sumber mata air yang dinamai "Mual Jabi-Jabi". Sekarang Sumber mata air itu (Mual jabi-jabi) tersebut terlantar tanpa ada perhatian sedikitpun dari keturunan Raja Bona Ni Onan Pardede, atau Keturunan Raja Toga Laut Pardede apalagi Perhatian Pemerintah daerah. Yang sangatnaifnya pihak pemerintah membangun wc dekat sumur tersebu. Himbauan pada pemerintah agar segera membongkar wc tersebut.
Memang dari Pihak keturunan Raja Toga Laut Pardede sudah sepakat akan memugar kembali sumber mata air yang dinamai dengan Mual Jabi-jabi, bersamaan dengan pembangunan Tugu Raja Toga Laut Pardede. Pemugaran Mual Jabi-jabi dan pembangunan Tugu Raja Toga Laut Pardede hanyalah sebagai motivator bagi keturunan Raja Toga Laut Pardede khususnya dan Keturunan Raja Bonan Ni Onan Pardede Umumnya untuk memalingkan perhatiannya kembali ke Kota Leluhurnya Balige Yang telah cukup lama menunggu untuk dijamah dan dibenahi kembali sesuai dengan perkembangan zaman. Kita tidak boleh ketinggalan dari saudara-saudara kita dari suku lain, dimana putra-putra daerah menuntu ilmu jauh dari kampung halamannya namun mereka tetap kembali menyumbangkan ilmunya kekampung halaman atau kampung leluhurnya setelah mereka berhasil. Mereka yang tidak dapat menyumbang dengan materi, maka mereka menyumbang dengan ilmunya, pengalaman dan tenaga semua dilakukan mereka tanpa pamrih. tetapi dilakukan dengan kesadaran ingin memajukan daerahnya.

Peranan Pemerintah daerah dan tokoh-tokoh masyarakat sangat diharapkan memotivator putra-putra daerah yang merantau untuk mencintai bona pasogit dengan budayanya. Kita harus mengakui kelebihan saudara-saudara kita dari suklu lain, seperti minangkabau Toraja, madura, Sunda dan jawa dll, mereka dapat hidup dan makmur dengan mengandalkan budaya yang dilestarikan mereka, tanpa mengorbankan adat istiadat/kebiasaan mereka ,juga mampu membilah-bilah Hak Agama dan Hak Tradisi tanpa mengorbankan keyakinan (Agama).
Hal yang tidak bisa dimungkiri, kesamaan budaya dan bahkan kepercayaan suku bangsa Indonesia hampir sama, bahkan cerita-cerita dongeng atau mithosnya juga hampir sama, alat musik, sarana sptitual semua sama, bararti budaya Suku bangsa Indonesia berasal dari satu sumber yaitu budaya Hindu.
Daerah Batak banyak terdapat wisata baik wisata panorama maupun wisata spritual, sama dengan di daerah lain seperti di Jawa, dan tidak sedikit pula tempat-tempat bersejarah. tetapi perhatian terhadap potensi yang ada didaerah Tapanuli khususnya dan Sumatera Utara umumnya sama sekali tidak, apakah oleh pihak pemerinta apalagi oleh masyarakatnya. Budaya yang begitu indah tidak terlestarikan semestinya bahkan cenderung diabaikan. Suatu kerugian besar dialami suku Batak nilai budaya yang begitu tinggi tidak dimanfaatkan untuk pemasukan kas daerah dan menambah penghasilan masyarakatnya, seperti Tapak tilas Nomensen penyebar Kristen Protestan di Tapanuli, yang pemakamannya ada di Lagu Boti, wilayah Kabupaten Tobasa.

Nonton TV

Halaman