Minggu, 23 November 2008

MUAL JABI-JABI



Kakek papa saya bernama Haji Abdul Halim Pardede, berdomisili di kota toris Parapat Danau Toba , Papa saya lahir di kota Parapat, sedangkan kakek saya berdomisili di Balige, Kakek papa saya dan kake saya sendiri selalu berpesan kepada kami agar selalu memelihara partuturan (sistem kekarabatan batak) dengan pedoman dalihan natolu. Meskipun ibu saya keturunan jawa solo, ibu saya juga menanamkan kepada kami anak-anaknya tetap memegang teguh budaya, dan adat istiadat baik budaya Batak maupun budaya Jawa, bahkan budaya yang ada dibuni Indonesia karena semua budaya bebasis moral.
Oleh karena itu tergerak hati saya untuk membuat suatu Weblog, untuk menambah wawasan saya tentang budaya dan adat istiadat. menurut alkisah bah saya ini adalah bermarga Pardede sesuai dengan marga kakek dan papa saya yaitu Pardede Jabi-jabi dulunya disebut juga pardede hauma bange, dari garis keturunan Raja Toga Laut Cucu Raja Bonani Onan Pardede dari anaknya Raja Paindoan Pardede, yang dahulunya bermukim dilumban Jabi-Jabi (Tugu Jenderal Panjaitan) dipusat kota Balige ibukota kabupaten Tobasa.
Adapun asal nama Lumban jabi-jabi tidak terlepas dari keberadaan sebuah sumber mata air yang mempunyai peranan penting dalam kehidupan keturunan Raja Bonani Onan Pardede ketika itu, bahkan dahulu sumber Mata ier ini adalh tempat maranggir Raja-Raja bahkan Raja Sisingamangaraja pernah maranggir diMual Jabi-jabi tersebut, meskipun perkampungan tersebut berada dekat pantai Danau Toba, Namun untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka dan lain-lainnya tetap memanfaatkan air dari sumber mata air yang dinamai "Mual Jabi-Jabi". Sekarang Sumber mata air itu (Mual jabi-jabi) tersebut terlantar tanpa ada perhatian sedikitpun dari keturunan Raja Bona Ni Onan Pardede, atau Keturunan Raja Toga Laut Pardede apalagi Perhatian Pemerintah daerah. Yang sangatnaifnya pihak pemerintah membangun wc dekat sumur tersebu. Himbauan pada pemerintah agar segera membongkar wc tersebut.
Memang dari Pihak keturunan Raja Toga Laut Pardede sudah sepakat akan memugar kembali sumber mata air yang dinamai dengan Mual Jabi-jabi, bersamaan dengan pembangunan Tugu Raja Toga Laut Pardede. Pemugaran Mual Jabi-jabi dan pembangunan Tugu Raja Toga Laut Pardede hanyalah sebagai motivator bagi keturunan Raja Toga Laut Pardede khususnya dan Keturunan Raja Bonan Ni Onan Pardede Umumnya untuk memalingkan perhatiannya kembali ke Kota Leluhurnya Balige Yang telah cukup lama menunggu untuk dijamah dan dibenahi kembali sesuai dengan perkembangan zaman. Kita tidak boleh ketinggalan dari saudara-saudara kita dari suku lain, dimana putra-putra daerah menuntu ilmu jauh dari kampung halamannya namun mereka tetap kembali menyumbangkan ilmunya kekampung halaman atau kampung leluhurnya setelah mereka berhasil. Mereka yang tidak dapat menyumbang dengan materi, maka mereka menyumbang dengan ilmunya, pengalaman dan tenaga semua dilakukan mereka tanpa pamrih. tetapi dilakukan dengan kesadaran ingin memajukan daerahnya.

Peranan Pemerintah daerah dan tokoh-tokoh masyarakat sangat diharapkan memotivator putra-putra daerah yang merantau untuk mencintai bona pasogit dengan budayanya. Kita harus mengakui kelebihan saudara-saudara kita dari suklu lain, seperti minangkabau Toraja, madura, Sunda dan jawa dll, mereka dapat hidup dan makmur dengan mengandalkan budaya yang dilestarikan mereka, tanpa mengorbankan adat istiadat/kebiasaan mereka ,juga mampu membilah-bilah Hak Agama dan Hak Tradisi tanpa mengorbankan keyakinan (Agama).
Hal yang tidak bisa dimungkiri, kesamaan budaya dan bahkan kepercayaan suku bangsa Indonesia hampir sama, bahkan cerita-cerita dongeng atau mithosnya juga hampir sama, alat musik, sarana sptitual semua sama, bararti budaya Suku bangsa Indonesia berasal dari satu sumber yaitu budaya Hindu.
Daerah Batak banyak terdapat wisata baik wisata panorama maupun wisata spritual, sama dengan di daerah lain seperti di Jawa, dan tidak sedikit pula tempat-tempat bersejarah. tetapi perhatian terhadap potensi yang ada didaerah Tapanuli khususnya dan Sumatera Utara umumnya sama sekali tidak, apakah oleh pihak pemerinta apalagi oleh masyarakatnya. Budaya yang begitu indah tidak terlestarikan semestinya bahkan cenderung diabaikan. Suatu kerugian besar dialami suku Batak nilai budaya yang begitu tinggi tidak dimanfaatkan untuk pemasukan kas daerah dan menambah penghasilan masyarakatnya, seperti Tapak tilas Nomensen penyebar Kristen Protestan di Tapanuli, yang pemakamannya ada di Lagu Boti, wilayah Kabupaten Tobasa.

Nonton TV

Halaman