Minggu, 01 Maret 2009

TATA CARA PELAKSANAAN ADAT BATAK (2)

Pendahuluan

Harian Kompas pada tanggal 19 Oktober 2000 dengan tulisan seorang warga negara dari salah satu tetangga dekat Sumatera bernama Prof.Bilver Sing yang menetap di Australia sebagai staff Pusat studi Pertahanan dan strategi di Australia National University mengatakan dengan tegas “bahwa ditinjau dari segi Politik, Hukum, Sosial dan Ekonomi dan Budaya sebenarnya negara Indonesia sudah hancur!”

Sungguh tepat apa yang dikatakan pepatah “Semut dipelopak mata tak nampak, Gajah diseberang lautan kelihatan. Apa yang terjadi diluar dari Nusantara sungguh cepat kelihatan dan diketahui bahkan di adopsi, sedangkan bagaimana dan apa yang terjadi di sekitar sendiri tidak diperdulikan, apakah baik atau buruk, turun atau naik, hilang atau berkembang ini tidak menjadi pusat perhatian putra-putra Indonesia yang berpendidikan, apakah dia jebolan universitas ternama di Indonesia atau produk university-university made in Amerika, Inggeris , Jerman, atau eropah lainnya. Yang jelas mereka tidak begitu berminat untuk pembenahan yang nuansa kemasyarakatan atau Budaya Tradisional, pada umumnya mereka berorientasi pada Kekayaan atau kemewahan.

Alangkah aibnya kita bangsa Indonesia dengan penilaian seorang Ilmuawan Asia, apakah pernyataan beliau sebagai tegoran kepada rekan-rekannya Ilmuawan atau sekedar sindiran bagi kaum intelektual Indonesia yang hanya dapat memandang Gajah diseberang lautan. Namu demikian masih cukup banyak anak bangsa Indonesia menyadari keadaan yang melanda bangsa ini.

Kalau ditinjau dari pokok penilaian Bilver yaitu “Politik,Hukum,sosial,ekonomi dan Budaya”, tidak lain menunjukkan kebobrokan Moral yang sangat pada Bangsa Indonesia, yang notabene berlandaskan Pancasila dan asas National spritual, dengan Agama Islam mayoritas diatas 80 0/0 dari jumlah penduduk Indonesia. Apa yang terjadi sebenarnya pada bangsa ini. Apakah masih kita tuding dengan Arus Globalisasi, apa dengan seiring dengan Eforia demokrasi dan reformasi muncul ekses negatif yang menyertainya antara lain kegiatan melecehkan Pancasila dan UUD 1945 baik berupa tulisan di koran-koran, maupun di seminar atau ceramah.Kalau itu masalahnya, maka sama dengan mencoba mengaburkan bahkan menghilangkan Jati diri Bangsa, yang juga merembes kesetiap sendi-sendi masyarakat Indonesia termasuk pada budaya suku-suku yang begitu banyak jumlahnya di bumi Nusantara.

Dan yang sangat memprihatinkan terjadinya gentok-gentokan bahkan mengorban-kan nyawa sesama suku tapi berbeda keyakinan, karena tidak menghayati makna budaya yang ditanamkam leluhur mereka. Yang sangat menonjol pada suku Batak khususnya dansuku-suku di sumatera umumnya adalah dapatnya rukun serta toleran dengan menetrapkan prinsip-prinsip budaya didalam bermasyarakat disetiap suku meskipun berbeda agama. Masalah yang pokok adalah harus kita menyadari dengan dasar apa terbentuknya Republik ini, meskipun pada saat pendeklarasian republik ini mayoritas beragama Islam namun dengan kesadaran yang tinggi para tokoh-tokoh Islam pada saat itu dapat menerima setiap usul kelompok-kelompok minoritas (Nasrani, maluku, Banten, Batak dan lain-lainnya). Oleh karena itu budaya pada setiap suku pada negara kita yang plurastik ini sebenarnya sangat berperan dalam membentuk moral dan kestabilan , disamping faktor-faktor lain.

Seiring dengan masalah itu, maka penyusun berpendapat perlu disusun kembali pada sebuah buku sebagai salah satu penuntun mencari dan mengembalikan Jati diri utamanya bagi suku Batak. Penilaian Bilver terhadap Indonesia, harus dapat menjadi pendorong pembenahan kembali bangsa ini, sebelum terlanjur Total kehancurannya. Tidak ada istilah terlambat, itulah prinsip penyusun Buku ini, atau lebih baik terlambat daripada masa bodoh. Meskipun penyusun tidak dilatar belakangi Ilmu khusus tentang Bataklogi, namun berlandaskan kesadaran dan keyakinan serta keprihatinan, penyusun mencoba mebolak balik lembaran-lembaran halaman Buku dari perpustakaan.

Tidak ada maksud penyusun untuk berpretensi menonjolkan diri ataupun pembenaran mutlak akan isi Buku ini, hanya ingin menggugah para intelektual yang berwawasan luas tentang ke Batakan mau menyisihkan sebagian waktunya menggali kembali jati diri bangsa khususnya Intelektual Batak yang cukup berprestasi. Tolong sapa dan ingatkan penyusun kalau ada kesalah disana sini tetapi jangan saya tegor karena elat dan late , ini bukan membangun, kalau tidak benar katakan dimana yang tidak benar dan tunjuki penyusun demi kebaikan bersama kita orang Batak . Tidak ada Gading yang tidak retak, tidak ada manusia yang lepas dari kesalahan dan kekhilafan atau dengan kata lai tidak ada manusia yang sempurna..

Kritik hanya bisa berlaku apabila ada objek yang dikritik. Jadi buku ini terbuka untuk dikritik demi kesempurnaan dalam rangka menemukan jati diri suku Batak.

Buku ini dimulai dengan sejarah Batak, dan sedikit silsilah Batak hingga empat genarasi, kemudian kepercayaan nenek moyang Batak, serta beberapa budaya Batak yang boleh dikatakan menonjol, dan bebarapa tata acara Adat lengkap dengan dialok-dialoknya.

Dalam hal dialok upacara Adat dalam buku ini, tidaklah menjadi keharusan sama dengan dalam buku ini, namun bisa menjadi pedoman atau gambaran semata,tergantung situasi dan kondisi upacara diadakan.

Mauliate

Penyusun:

DAFTAR ISI ADAT BATAK

 

  1. Pendahuluan hal -1

  2. Daftar isi -----------------------------------------------------

  3. Bab.I- Sekilas sejarah Suku Batak ---------------------

clip_image001Siapakah orang Batak ? ------------------------------------

clip_image001Sebelas dari sub etnis Batak adalah: hal------------------

  1. Bab-II-Kepercayaan atau Agama Leluhur Batak --

clip_image001Legenda Suku Batak --------------------------------------

clip_image001Silsilah -------------------------------------------------------

  1. Baba.III - Kemelut melanda suku Batak -----------

  2. Bab. IV.Kebudayaan Batak – ---------------------------

clip_image001Adat -----------------------------------------------------------

clip_image001Gondang sabangunan ---------------------------------------

clip_image001Seni tari ------------------------------------------------------

clip_image001Astronomi,Alamanak Pertanggalan ----------------------

clip_image001Nama Bulan

clip_image001Nama Hari

clip_image001Pembagian waktu dalam sehari

clip_image001Mata Angin

clip_image001Aksara / Alfabet

clip_image001Seni bangunan

clip_image001Seni Tenun

Bab. V- Adat Batak –Dalihan Na tolu

  1. Kekerabatan/ Partuturan :-38
  2. Implementasi (penerapan) Dalihan Na tolu:-45
  3. Alaman- 45
  4. Sipanganon -46
  5. Parhtaan – 48
  6. Umpama / umpasa- 48
  7. Ulos-49
  8. Filsafat tentang mangulosi.-50
  9. Makna atau arti Ulos -51
  10. Aturan-aturan tentang pemberian ulos – 54
  11. Tata cara pemberian ulos -55
  12. Pemberian ulos kepada anak yangbaru lahir:-55

 

  1. Ulos pada upacara kematian -58
  2. Memberi Ulos Panggabei:-60
  3. Beras (sipir Ni tondi) :-60
  4. Bab. VI- Tata Cara Adat- 61
  5. Tata cara Berbicara (Ruhut-ruhut ni Pangkataion) :-61
  6. Yang perlu diperhatikan:-61
  7. Tentang pengucapan Umpasa;- 64
  8. Filsafat Batak disetiap pekerjaan Adat Batak:-66
  9. Tata cara Perkawinan Dengan adapt Batak -67
  10. Membagi Tudutudu ni sipanganon:-72
  11. Membicarakan Mas Kawin ( Marhata Sinamot):-74
  12. Tata cara Marhata sinamot, - 85
  13. Manikir Lobu:-88
  14. Tonggo raja:-89
  15. Panganon sibuahabuhai:-93
  16. Pesta unjuk – 94
  17. Manulangi- 95
  18. Membagi Jambar-96
  19. Mangulosi -100
  20. Marhata sigabe-gabe- 103
  21. Kelahiran/Melahirkan Anak Pertama -106
  22. Penabalan Marga pada orang yang bukan orang Batak-115
  23. LARI KAWIN-121

Bab I.

Sekila sejarah Suku Batak

Menurut kepercayaan Batak, Pusuk Buhit adalah asal muasal suku Batak, yang kemudian berpencara kesekitar nya hingga ke Aceh, karena tidak memiliki bukti sejarah secara ilmiah maka dianggap sebgai suatu mitos yang disampaikan secara turun temurun. Ada beberapa versi tentang keberadaan suku Batak: menurut

Cunningham dalam bukunya “The postwar migration of the toba bataks to east sumatra”, mengatakan bahwa perpindahan orang Batak bersamaan dengan gelombang perpindahan besar-besaran bangsa Melayu Tua pada sekitar tahun 2000 sebelum masehi.

Sedangkan menurut Harahap dalam bukunya “Perihal Bangsa Batak” mengatakan bahwa nenek moyang orang batak berasal dari utara, yang berpindah kekepulauan Filipina dan berpindah lagi kesulawesiselatan, mereka kemudian berlayar kearah barat versama angin timur di sumatera selatan, disekitar lampung , setelah menyelusuri pantai barat mereka mendarat dipelabuhan Barus sekarang, lalu pindah ke pedalaman dan menetap dikaki gunung Pusuk Buhit ditepi pulau samosir, yang dianggap sebagai tempay asal usul ketutunan Batak, versi lain dari Harhap juga mengatakan :bahwa nenekmoyangBatak berasal dari Hindia muka (india), pindah ke Burma, lalu turun ketanah genting kera di utara Malaysia, dari sana berlayar kearah barat dan mendarat disalah satu atau beberapa tempat dipantai timur sumatera Utara seperti Tanjung Balai dan Batubara, dikabupaten Asahan, serta Pangkalan brandan atau Kuala simpang dikabupaten Aceh Timur, dari tempat-tempat inilah mereka masuk kepedalaman disekitar danau toba, dan ada sebagian menuju Pelabuhan Deli, lalu menyusuri sungai wampu kearah hulu samapai kepegunungan Karo, dan dari sana turun kepinggiran Danau Toba . Dan sebagian berlayar dari Malak menyusuri pantai barat sumatera arah ke utara lalu mendarat di pantai Barus dan Sibolga serta Tapong kanan singkil di Aceh Barat, terus masuk kepedalaman kabupaten Dairi, dan perjalanan dilanjutkan hingga Pusuk Buhit lalu menetap disana.

Namun berdasarkan sejarah yang umun diketahui bahwa si Raja Batak dan rombongannya datang dari Hindia belakang, akibat imigran besar-besaran akibat gejolak di India,diimana kerajan dari utara menyerang kerajaan yang ada diselatan India, kerajaan-kerajaan yang ditundukkan mengungsi kewilayah asia tenggara, terus ke Semenanjung Malaysia lalu menyeberang ke Sumatera dan menghuni Sianjur Mula Mula, lebih kurang 8 Km arah Barat Pangururan, pinggiran Danau Toba sekarang.Versi lain mengatakan, dari India melalui Barus atau dari Alas Gayo berkelana ke Selatan hingga bermukim di pinggir Danau Toba.

Diperkirakan Si Raja Batak hidup sekitar tahun 1200 (awal abad ke-13). Raja Sisingamangaraja XII salah satu keturunan si Raja Batak yang merupakan generasi ke-19 (wafat 1907), maka anaknya bernama si Raja Buntal adalah generasi ke-20. Batu bertulis (prasasti) di Portibi bertahun 1208 yang dibaca Prof. Nilakantisasri (Guru Besar Purbakala dari Madras, India) menjelaskan bahwa pada tahun 1024 kerajaan COLA dari India menyerang SRIWIJAYA yang menyebabkan bermukimnya 1.500 orang TAMIL di Barus. Pada tahun 1275 MOJOPAHIT menyerang Sriwijaya, hingga menguasai daerah Pane, Haru, Padang Lawas. Sekitar rahun 1.400 kerajaan NAKUR berkuasa di sebelah timur Danau Toba, Tanah Karo dan sebagian Aceh.

Pengaruh Hindu terhadapa orang Batak sangat jelas kelihatan pada bentuk aksara Batak yang mirip tulisan Awalokitecwara (seperti aksara Jawa Hindu), dan juga mitos-mitos orang Batak.

Dengan memperhatikan tahun tahun dan kejadian di atas diperkirakan :

  • Si Raja Batak adalah seorang aktivis kerajaan dari Timur danau Toba (Simalungun sekarang), dari selatan danau Toba (Portibi) atau dari barat danau Toba (Barus) yang mengungsi ke pedalaman, akibat terjadi konflik dengan orang orang Tamil di Barus.
  • Akibat serangan Mojopahit ke Sriwijaya, Si Raja Batak yang ketika itu pejabat Sriwijaya yang ditempatkan di Portibi, Padang Lawas dan sebelah timur Danau Toba (Simalungun)

Sebutan Raja kepada si Raja Batak diberikan oleh keturunannya karena penghormatan, bukan karena rakyat menghamba kepadanya. Demikian halnya keturunan si Raja Batak seperti Si Raja Lontung, Si Raja Borbor, Si Raja Oloan dsb, meskipun tidak memiliki wilayah kerajaan dan rakyat yang diperintah. Selanjutnya menurut buku TAROMBO BORBOR MARSADA anak si Raja Batak ada 3 (tiga) orang yaitu : GURU TETEABULAN, RAJA ISUMBAON dan TOGA LAUT. Dari ketiga orang inilah dipercaya terbentuknya Marga Marga Batak.

clip_image003

SIAPAKAH ORANG BATAK? :

  1. Batak Toba (Tapanuli) : mendiami Kabupaten Toba Samosir, Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah mengunakan bahasa Batak Toba.
  2. Batak Simalungun : mendiami Kabupaten Simalungun, sebagian Deli Serdang, dan menggunakan bahasa Batak Simalungun.
  3. Batak Karo : mendiami Kabupaten Karo, Langkat dan sebagian Aceh dan menggunakan bahasa Batak Karo
  4. Batak Mandailing : mendiami Kabupaten Tapanuli Selatan, Wilayah Pakantan dan Muara Sipongi dan menggunakan bahasa Batak Mandailing
  5. Batak Pakpak : mendiami Kabupaten Dairi, dan Aceh Selatan dan menggunakan bahasa Pakpak.
Orang Batak terdiri dari 5 sub etnis yang secara geografis dibagi sbb:

Suku Nias yang mendiami Kabupaten Nias (Pulau Nias) mengatakan bahwa mereka bukanlah orang Batak karena nenek moyang mereka bukan berasal dari Tanah Batak. Namun demikian, Ada yang berpendapat dan berkeyakinan bahwa etnis Batak bukan hanya 5, akan tetapi sesungguhnya ada 11 [sebelas], ke 6 etnis batak tersebut adalah : 1. Batak Pesisir, 2. Batak Angkola, 3. Batak Padang lawas, 4.Batak Melayu, 5.Batak Nias, 6.Batak Alas Gayo.

Sebelas dari sub etnis Batak adalah:

1- Batak TOBA ,di- Kab.Tapanuli Utara, Tengah, Selatan

2- Batak SIMALUNGUN,di- Kab.Simalungun,sebelah Timur danau Toba

3- Batak KARO,di- Kab Karo, Langkat dan sebagian Aceh

4- Batak PAKPAK [Dairi],di- Kab Dairi dan Aceh Selatan

5- Batak MANDAILING,di- Wilayah Pakantan dan Muara Sipongi

6- Batak PASISIR,di- Pantai Barat antara Natal dan Singkil

7- Batak ANGKOLA,di- Wilayah Sipirok dan P. Sidempuan

8- Batak PADANGLAWAS ,di- Wil. Sibuhuan, A.Godang, Rambe, Harahap

9- Batak MELAYU,di- WiL Pesisir Timur Melayu

10- Batak NIAS,di- Kab/Pulau Nias dan sekitarnya

11- Batak ALAS GAYO,di- Aceh Selatan,Tenggara, Tengah

Yang disebut wilayah Tanah Batak atau Tano Batak ialah daerah hunian sekeliling Danau Toba, Sumatera Utara. Seandainya tidak mengikuti pembagian daerah oleh Belanda [politik devide et impera] seperti sekarang, Tanah Batak konon masih sampai di Aceh Selatan dan Aceh Tenggara.

BATAK ALAS GAYO

Beberapa lema/dialek di daerah Alas dan Gayo sangat mirip dengan lemah bahasa Batak. Demikian juga nama Si Alas dan Si Gayo ada dalam legenda dan tarombo Batak. Dalam Tarombo Bona Laklak [tarombo pohon Beringin] yang dilukis cukup indah oleh L.Sitio [1921] nama Si Jau Nias, dan Si Ujung Aceh muncul setara nama Sorimangaraja atau Si Raja Batak I. Disusul kemudian hadirnya Si Gayo dan Si Alas setara dengan Si Raja Siak Dibanua yang memperanakkan Sorimangaraja, kakek dari Si Raja Batak.

BATAK PAKPAK

Sebagian kecil orang Pakpak enggan disebut sebagai orang Batak karena sebutan MPU Bada tidak berkaitan dengan kata OMPU Bada dalam bahasa Batak. Kata MPU menurut etnis Pakpak setara dengan kata MPU yang berasal dari gelar di Jawa [MPU Sendok, MPU Gandring]. Tetapi bahasa Pakpak sangat mirip dengan bahasa Batak, demikian juga falsafah hidupnya.

BATAK KARO

Sub etnis ini juga bersikukuh tidak mau disebut sebagai kelompok etnis Batak. Menurut Prof Dr. Henry G Tarigan [IKIP Negeri Bandung] sudah ada 84 sebutan nama marga orang Karo. Itu sebabnya, orang Karo tidak sepenuhnya berasal dari etnis Batak, karena adanya pendatang kemudian yang bergabung, misalnya marga Colia, Pelawi, Brahmana dsb. Selama ini di Tanah Karo dikenal adanya MERGA SILIMA [5 Marga].

BATAK NIAS

Suku Nias yang mendiami Kabupaten Nias (Pulau Nias) mengatakan bahwa mereka bukanlah orang Batak karena nenek moyang mereka bukan berasal dari Tanah Batak, bukan dari Pusuk Buhit. Masuk akal karena secara geografis pulau Nias terleta agak terpencil di Samudera Indonesia, sebelah barat Sumatera Utara.Namun demikian, mereka mempunyai marga marga seperti halnya orang Batak.

Catatan:
Di antara masyarakat Batak ada yang mungkin setuju bahwa asal usul orang Batak dari negeri yang berbeda, tentu masih sangat masuk akal. Siapa yang bisa menyangkal bahwa Si Raja Batak, antara tahun 950-1250 Masehi muncul di Pusuk Buhit, adalah asli leluhur Orang Batak? Sejak jaman dahulu orang Batak memang perantau ulung. Di Sunatera Utara saja banyak orang Batak yang bermukim di daerah Asahan, Labuhan Batu Sumatera Utara, Dan yang lebih menyolok lagi adalah setelah Belanda membuka perkebunan-perkebunan di sumatera timur sedang di daerah Toba pada saat itu sangat kritis kondisi prekonomian. Mereka yang merantau kedaerah yang mayoritas memeluk Agama Islam banyak menghilangkan atau merobah marganya, karena daerah asalnya mayoritas memeluk keristen Seperti daerah Silindung dan Toba, contohnya: keturunan sibagot ni Pohan yang merantau ke Tapanuli selatan, mereka merobah marganya menjadi Marga Pohan sedang marganya di tempat asalnya adalah Siahaan, Simanjuntak atau Napitupulu dll, dan yang merantau kedaerah Asahan sama sekali mereka menyembunyikan marga mereka, dengan pertimbangan agar dapat diterima masyarakat setempat. Bahkan di daerah Langkat ditemukan penduduk bermarga seperti Gerning, Lambosa, Ujung Pinayungan, Berastempu,Sibayang, Kinayam, Merangin angin, dll yang konon merupakan kelompok marga Malau .Belakangan ini setelah berdirinya organisasi PBI ( Persatuan Batak Islam) secara lambat laun mereka menampakkan marga mereka.Untuk dapat Hidup apapun yang dilakukan bagi Orang Batak Perantau dimana Langit dijujung disitu adalah kampungnya, bagaimana cara akan dilakukan itulah tekad, mereka akan mudah beradaptasi.Pada zaman dahulu Agama monoteis agdalah agama yang tidak dikenal dan boleh dikatakan suatu hal yang baru. Yang menjadi pegangan bagi Orang Batak perantau pada masa itu adalah adat atau budaya jangan sampai hilang (mago)

Banyak literatur literatur tersimpan di Negeri Belanda yang mengungkap bagaimana sesungguhnya pluralisme di Nusantara. Namun dengan kacamata Nasional kita melihat bahwa Indonesia sangat kaya dengan adat dan budaya daerah, salah satunya adalah budaya Batak! Keaneka ragaman ini dipelajari oleh Belanda dengan cermat, sebagai alat melemahkan perjuangan dari kelompok suku atau etnis dan terakhir mengadu domba antar Agama dan antar suku. Ini dapat dilihat dengan membawa putra-putra suku bagian timur Indonesia yang beragama Kristen menyerang pejuang-pejuang bagian Barat Nusantara misalnya Aceh, Jawa dan sumatera, dan sebaliknya untuk melemahkan perjuangan orang-orang bagian timur mempergunakan putra-putra bagian Barat yang beragama Islam. Contoh yang nyata Untuk melemahkan perjuangan kaum Paderi Belandan mempergunakan putra-putra Batak sebagai pasukannya yang diperbantukan. Harus diakui keaneka ragaman mempunyai kelemahan sensitif akan suatu prinsip.

Dan yang harus diakui mengenai sejarah Suku Batak berbeda- beda disetiap Sub suku Batak, terutama dari sudut Mitosnya ataupun legenda-legendanya. Seperti di suku Batak simalungun, ada keyakinan dari orang simalungun bahwa mereka adalah keturunan Majapahit. Dan ada diantara suku Bangsa Batak, bahwa nenek moyang mereka mereka adalah dari India. Namun ini tidak perlu dipersoalkan yang benar adalah semua suku Batak berbudaya sama meskipun ada perbedaan disana sini, disebabkan perobahan jaman dengan masuknya agama-agama Monoteis kewilayah Batak. Dan hal itu sangat memungkinkan karena keberadaan Barus sebagai kota atau pelabuhan terbuka sejak zaman dahulu kala atau dengan kata lain sebelum masehi.

Perbedaan pandangan tentang Sejarah suku Batak menandakan keperdulian setiap orang Batak terhadap sukunya, dan ini adalah suatu kekayaan. Banyak Bukti-bukti sejarah yang membuktikan Barus sebagai wilayah kerajaan Batak menjadi persinggahan pedagang-pedagang baik dari Kerajaan-kerajaan di Nusantara maupun dari kerajaan-kerajaan dari luar untuk keperluan akan Damar atau Kapur Barus dan Kemenyan dan Hasil Bumi lainnya.

Kebesaran nama Barus mengundang dunia luar singgah, Bangsa Asing dari berbagai belahan bumi membuat suatu perobahan langsung atau tidak langsung bagi masyarakat sekitar Barus yang mayoritas suku Batak. Perobahan-perobahan tersebut berdampak positif bagai masyarakat Batak, baik dari segi pengetahuan tentang Alam, sosial dan Hukum.termasuk, tidak ketinggalan pedagang-pedagang dari India pada tahun 1088 berdasarkan Tiang bertulis dari Lobu tua dan juga pedagang dari Arab yang beragama Islam juga mengunjungi Barus untuk mendapatkan Damar. Jadi hampir boleh dikatakan Barus menjadi pusat budaya dan Agama.

clip_image005

Sejarah asal usul nenek moyang Si Raja Batak dari Pusuk Buhit



Bab II.

KEPERCAYAAN ATAU AGAMA LELUHUR BATAK:


Legenda Suku Batak

Agama atau Kepercayaan Orang Batak:

Orang Batak Percaya kepada adanya Tuhan Yang Maha Esa Yang disebut:”Ompu Mulajadi Nabolon”

Dia yang menjadikan apa-apa yang ada, dan tidak kawin dan tidak beranak, dan menjadikan sesuatu hanya dengan ucapan saja, dari tidak ada bisa dijadikan menjadi ada. Karena itu Mulajadi Nabolon disebut juga Ompu Raja Mulamula, Ompu Raja Mulajadi, menunjukkan Dialah permulaan dari yang tidak ada. (kutipan dari Pustaha Batak oleh WM.Hutagalung halaman.2)

Kepercayaan keagamaan Batak asli bertumpu pada kekuatan Roh yang dinamakan Tondi maupun hantu (begu), untuk berhubungan dengan Begu maka diperlukan media perantara yang berbnama Datu (dukun). Dengan Mantera yang dilantunkan seorang datu dapat berhubungan dan berkomunikasi dengan Roh dan begu.

Dan mengyakini bahwa Ompu Mulajadi Na Bolon menciptakan 7 (tujuh) lapis Langit, yang setiap langitnya dihuni oleh roh-roh yang telah mati sesuai dengan amal perbuatan-nya semasa hidup, adapun ketujuh lapis langit itu adalah sebagai berikut:

  1. Langit Pertama:

Dijadikan untuk tempat orang mngerjakan pekerjaan yang terbalik/bertentangan (suhar), Jadi setiap orang yang pekerjaannnya bertentangan (suhar) selama hidupnya maka dia akan di balikkan oleh Mulajadi Nabolon kepalanya kebawah dan kakinya keatas setalh dia mati tetapi itu begunya.

  1. Langit kedua :

Tempat orang-orang kerjanya semasa hidupnya adalah pencuri, dan apa yang dicuri selama hidupnya,akan selalu dipegangnya

  1. Langit Ketiga:

Tempat orang-orang yang suka menambah-nambah omongan (siganjang dila), disinilah tempat begunya, dan lidahnya akan ditarik oleh Mulajsdi Nabolon sampai 10 sampai 100 depa agar terseret-seret sewaktu berjalan.Inilah hukumannya bagi siganjang dila.

  1. Langit keempat :

Tempat orang bunuh diri dan orang yang selalu buat keributan semasa hidupnya, dan pada tempat ini mereka saling membuat keributan, dan bagi orang yang bunuh diri dia akan dipasung dengan besi pasung agar tidak dapat bergerak, oleh karena begu orang bunuh diri tidak dapat siar (nyusup kepada orang hidup).

  1. Langit kelima:

Adalah tempat bagi orang-orang suka menolong orang yang susah dan orang miskin. Nanti disana dia akan berkumpul dengan orang yang pernah dibantunya dan dia akan menerima balasan dari Mulajadi Nabolon berlipat ganda segala apa yang pernag yang baik dibuatnya kerna itu dikatakan orang Batak : “ Ia uli sinuan, uli do gotilon, ia duri sinuan duri do gotilon.”

  1. Langit keenam:

Disini Mula jadi Nabolom menanamkan segala suhatsuhat setiap manusia (menanamkan bentuk/ sifat ). Apabila baik suhatsuhat yang ditanamkan pada manusia di langit keenam (banua ginjang) maka orang itu akan memiliki suhasuhat baik pula di Benua Tonga (bumi), Dan sebaliknya bila buruk maka buruk pula di bumi (banua tonga).

  1. Langit Ketujuh:

Disinilah tempat Mula jadi Nabolon, karena itu adalah langit diatas langt. Kesinilah segala orang-orang yang baik terhormat

Setelah selesai diciptakan Langit maka Mulajadi Nabolon menciptakan; Mata Hari, kemudian Bulan, dan Bintang-bintang, dan bintang-bintang ini dinamai: Bintang Ilala, Sijombut, Sigarani api, Sidongdong, Sialapariama, Sialasungsang, Marihur,

Martimus, Bisnu, Borma, Sori dan lain-lainnya.

Manukmanuk Hulambujati:

Keyakinan orang Batak yang pertama sekali diciptakan Mulajdi Nabolon adalah Manukmanuk Hulambujati, Moncongnya besi, berkuku gelang yang berkilau. Dan besarnya sebesar kunang-kunang besar. Alkisah Manukmanuk Hulambujati memiliki Telur tiga buah yang besarnya jauh lebih besar dari badannya. Oleh karena itu dia menghubungi Leangleang mandi untunguntung na bolon, dan berkata:

“Wahai Leangleang mandi untunguntung na bolon! Kasihanilah aku sampaikanlah dulu keluhanku ini pada Mulajadi Nabolon, saya tidak tahu apa yang harus kubuat telur (tinaru) yang tiga ini, diselimutipun tidak bisa“.

Maka pergilah Leangleang mandi menyampaikan pesan tersebut pada Mulajadi Nabolon :”Ale Ompung, dahanon dibosta do ahu na so marlaok botabota, na so lopa dihata na so lolos di tona, Pesan dari Manukmanuk hulambungjati, bagaimana harus dibuatnya telur (tinaruna) yang tiga itu?“.

Maka Mulajadi Nabolon berkata:

“ Katakanlah biar dierami telurnya itu, aku lebih tahu, tapi bawalah 12 petik makanan (dahanon), itulah yang dimakannya setiap petiknya dimakan setiap bulan, kalau sudah putus muncungnya maka pukulkanlah ketelurnya, itulah sampaikan padanya,“ kataNya pada Leangleang mandi.

Maka kembalilah Leangleang mandi menyampaikan pesan dari Mulajadi Nabolon pada Manukmanuk Hulambajati, setelah mendapat petunjuk maka dilaksanakannya apa yang dipesankan kepadanya melalui Leangleang mandi.

Setelah genap 12 bulan, putus (rumintop) lah moncong manukmanuk hulambungjati, setelah itu maka dipukulkanlah muncungnya itu pada telur yang tiga, maka lahirlah dari setiap telur seperti manusia laki-laki (sesuatu yang tidak bisa terpikir ciptaan Tuhan), dari Telur pertama lahir:

1- Batara Guru:

Batara Guru doli, Batara guru panungkunan, Batara Guru Pandapotan setiap kerajaan, Yang memegang timbangan disetiap yang diciptakannya.

(Mula ni gantang tarajuan, hatian sibola timbang, ninggala sibola tali, tu atas so ra mungkit, tu toru sora monggal, tu lambung so ra teleng)

2- Raja Odapodap

Ini adalah yang mengamati semua segala perbuatan yan diciptakan

Dari telur kedua lahir:

1- Batara Sori (debata Sori) dari telur kedua:

Sori-sori haliapan, Sori-sori habubuhan na pitu hali malim, napitu hali solam, sinolamhon ni ibotona si boru panolaman. Yang bernamakan si boru “Anting Malela” yang tidak bisa bersumpah dan tidak bisa disumpahi, yang tidak boleh mencuri dan tidak dapat kecurian, yang membuat parsorion yaitu sori Gabe, sori Mago atau nasib dari setiap manusia yang dapat kita lihat dari umpa orang batak sebagai berikut: ”Andilo nahinan, handangkadangan ma nuaeng, pinangido nahinan, jaloon ma nuaeng.” Inilah yang mengirim Sisingamangaraja.

2- Tuan Dihurmajati dari telur ketiga:

Ini adalah ompu ni Panenabolon yang menempati

Dari Telur ketiga lahirlah:

1- Balabulan.

Balabulan matabun, Balabulan na rubunan, na rubun di pucuknya, Datu Paratalatal, Datu Parusulusul, Berkudakan Sibaganding Tua, Parpiso Simangan mangeluk, Bertombak dua ujung, dialah mulanya hadatuaon pada manusia.

Catatan: Batara Guru, Batara sori, Balabulan yang sering dikatakan debata na tolu, natolu suhu, natolu harajaon (jadi bukan Mulajadi Nabolon)

2- Raja Padoha atau Partanduk Pitu

Yang bertempat di Banua toru, yang menbuat Gempa (lalo)

Pemberian Nama pada setiap yang menetas tersebut atas petunjuk Mulajadi Na Bolon melalui Leangleang Mandi dan atas perintah Mulajadi Na Bolon,

Setelah ketiga putranya dewasa, ia merasa bahwa mereka memerlukan seorang pendamping wanita. Manukmanuk Hulambujati kembali memohon pada melalui Leangleang Mandi dan Mulajadi Na Bolon mengirimkan 3 wanita cantik :

SIBORU PAREME untuk istri Tuan Batara Guru, dan mendapatkan 2 orang anak laki laki dan 2 orang anak perempuan diberi nama:

  1. TUAN SORI MUHAMMAD,
  2. DATU TANTAN DEBATA GURU MULIA
  3. SIBORU SORBAJATI
  4. SIBORU DEAK PARUJAR.

Anak kedua, Tuan Soripada diberi istri bernama SIBORU PAROROT yang melahirkan anak laki-laki bernama:

  1. TUAN SORIMANGARAJA

sedangkan anak ketiga, Ompu Tuan Mangalabulan, diberi istri bernama SIBORU PANUTURI yang melahirkan:

  1. TUAN DIPAMPAT TINGGI SABULAN.

Dari pasangan Ompu Tuan Soripada-Siboru Parorot, lahir seorang anak laki-laki, namun karena wujudnya seperti kadal, Ompu Tuan Soripada menghadap Mulajadi Na Bolon (Maha Pencipta). "Tidak apa apa, berilah nama SIRAJA ENDA ENDA," kata Mulajadi Na Bolon. Setelah anak-anak mereka dewasa, Ompu Tuan Soripada mendatangi abangnya, Tuan Batara Guru menanyakan bagaimana agar anak-anak mereka dikawinkan.

Batara Guru menanya: "Kawin dengan siapa? Anak perempuan saya mau dikawinkan kepada laki-laki mana?"

Maka dijawab Ompu Soripada dengan penuh kekhawatiran karena anaknya yang ditawarkan adalah berwujud Kadal:"Bagaimana kalau putri abang SIBORU SORBAJATI dikawinkan dengan anak saya Siraja Enda Enda. Mas kawin apapun akan kami penuhi, tetapi syaratnya putri abang yang mendatangi putra saya,".

Akhirnya mereka sepakat. Pada waktu yang ditentukan Siboru Sorbajati mendatangai rumah Siraja Enda Enda dan sebelum masuk, dari luar ia bertanya apakah benar mereka dijodohkan. Siraja Enda Enda mengatakan benar, dan ia sangat gembira atas kedatangan calon istrinya. Dipersilakannya Siboru Sorbajati naik ke rumah. Namun betapa terperanjatnya Siboru Sorbajati karena lelaki calon suaminya itu ternyata berwujud kadal. Dengan perasaan kecewa ia pulang mengadu kepada abangnya Datu Tantan Debata: "Lebih baik saya mati daripada kawin dengan kadal," katanya terisak-isak.

"Jangan begitu adikku," kata Datu Tantan Debata. "Kami semua telah menyetujui bahwa itulah calon suamimu. Mas kawin yang sudah diterima ayah akan kita kembalikan 2 kali lipat jika kau menolak jadi istri Siraja Enda Enda."

Siboru Sorbajati tetap menolak. Namun karena terus-menerus dibujuk, akhirnya hatinya luluh tetapi kepada ayahnya ia minta agar menggelar "gondang" karena ia ingin "manortor" (menari) semalam suntuk. Permintaan itu dipenuhi Tuan Batara Guru. Maka sepanjang malam, Siboru Sorbajati manortor di hadapan keluarganya. Menjelang matahari terbit, tiba-tiba tariannya (tortor) mulai aneh, tiba-tiba ia melompat ke "para-para" dan dari sana ia melompat ke "bonggor" kemudian ke halaman dan yang mengejutkan tubuhnya mendadak tertancap ke dalam tanah dan hilang terkubur!

Keluarga Ompu Tuan Soripada amat terkejut mendengar calon menantunya hilang terkubur dan menuntut agar Keluarga Tuan Batara Guru memberikan putri ke-2 nya, Siboru Deak Parujar untuk Siraja Enda Enda. Sama seperti Siboru Sorbajati, ia menolak keras. "Sorry ya, apa lagi saya," katanya. Namun karena didesak terus, ia akhirnya mengalah tetapi syaratnya orang tuanya harus menggelar "gondang" semalam suntuk karena ia ingin "manortor" juga. Sama dengan kakaknya, menjelang matahari terbit tortornya mulai aneh dan mendadak ia melompat ke halaman dan menghilang ke arah laut di benua tengah (Banua Tonga).

Di tengah laut ia digigit lumba-lumba dan binatang laut lainnya dan ketika burung layang-layang lewat, ia minta bantuan diberikan tanah untuk tempat berpijak. Sayangnya, tanah yang dibawa burung layang-layang hancur karena digoncang NAGA PADOHA. Siboru Deak Parujar menemui Naga Padoha agar tidak menggoncang Banua Tonga. "Ya" katanya. "Sebenarnya aku tidak sengaja, kakiku rematik. Tolonglah sembuhkan." Siboru Deak Parujar berhasil menyembuhkan dan kepada Mulajadi Na Bolon dia meminta alat pemasung untuk memasung Naga Padoha agar tidak mengganggu. Naga Padoha berhasil dipasung hingga ditimbun dengan tanah dan terbenam ke bawah tanah (Banua Toru).

Bila terjadi gempa, itu pertanda Naga Padoha sedang meronta di bawah sana itulah keyakinan orang Batak .

Alkisah, Mulajadi Na Bolon menyuruh Siboru Deak Parujar kembali ke Benua Atas. Tetapi dia memilih tinggal di Banua Tonga (bumi), maka Mulajadi Na Bolon mengutus RAJA ODAP ODAP untuk menjadi suaminya dan mereka tinggal di SIANJUR MULA MULA di kaki gunung Pusuk Buhit. Dari perkawinan mereka lahir 2 anak kembar :

  1. RAJA IHAT MANISIA (laki-laki) dan
  2. BORU ITAM MANISIA (perempuan).

Tidak dijelaskan Raja Ihat Manisia kawin dengan siapa, ia mempunya 3 anak laki laki :

  1. RAJA MIOK MIOK,
  2. PATUNDAL NA BEGU dan
  3. AJI LAPAS LAPAS.

Raja Miok Miok tinggal di Sianjur Mula Mula, karena 2 saudaranya pergi merantau karena mereka berselisih paham.

Raja Miok Miok mempunyai anak laki-laki bernama:

  1. ENGBANUA,

dan 3 cucu dari Engbanua yaitu:

  1. RAJA UJUNG,
  2. RAJA BONANG BONANG dan
  3. RAJA JAU.

Konon Raja Ujung menjadi leluhur orang Aceh dan Raja Jau menjadi leluhur orang Nias. Sedangkan Raja Bonang Bonang (anak ke-2) memiliki anak bernama:

  1. RAJA TANTAN DEBATA,

Dan anak dari Tantan Debata inilah disebut SI RAJA BATAK, Yang menjadi leluhur orang Batak dan berdiam di Sianjur MulaMula di kaki Gunung Pusuk Buhit!

Silsilah/ Tarombo :

Sebagai gambaran singkat cikal baklal Orang Batak digambarkan dalam bentuk schema sebagai berikut:

clip_image011

clip_image012

clip_image013

Alkisah tentang si Raja Batak, yang mempunyai anak dua orang yaitu Guru TateaBulan dan Raja Isumbaon,setelah kedua anaknya itu beranjak dewasa dan kemudian kawin maka kedua anakpun memohon sesuatu untuk bagian Mereka:

”Amang aha do bagisn silehononmu di hami be, paboa anakmu hami?” (wahai Bapak apakah yang akan kau berikan kepada kami ,tanda kami anakmu?)

Raja Batak menyahut pertanyaan kedua anaknya:

”Apa yang ada padaku itulah yang akan kubagikan pada kalian itulah adat, yang akan dibagikan anak adalah milik Bapaknya .”

Kemudian disela kedua anaknya:

” Memang benar bapak tetapi bukan itu saja yang kami mintak, berikanlah kepada kami yang belum pernah kami lihat, dan yang tidak kami ketahui?”

Raja Batak menjawab anaknya:

”Yang kalian mintak itu belum dapat saya penuhi, tetapi marilah sama-sama kita mohonkan kepafda Omputa Mulajadi Nabolon.”

Setelah sepakat akan usul Bapaknya si Raja Batak ,maka merekapun mempersiapkan perlengkapan untuk memohon kepada Ompung Mulajadi Nabolon dengan mencari Ayam Jantan dan betina. Untuk dipersembahkan kepada Mulajadi Nabolon., maka mulailah si Raja Batak berdoa atau membaca mantera-manteranya.

Setelah beberapa lama jawaban doa mereka dijawab oleh Ompung Mulajadi Nabolo dengan mengirimkan dua gulungan terbuat dari tikar, yang masing-masing isinya sebagai berikut: Gulungan pertama berisi surat Agong yang tertulis berupa:

  1. Tentang perdukunan (Hadatuon).
  2. Ilmu tentang hantu (Habeguon.)
  3. Ilmu Pencak silat (Parmonsahon).
  4. Ilmu menghilang, (Pangaliluon)

Gulungan pertama ini diberikan kepada anaknya Guru TateanBulan. Sedangkan Gulungan kedua diberikan kepada anaknya Raja Isumbaon, yang berisi tentang:

1- Kerajaan (Harajaon).

2- Ilmu Hukum (paruhumon)

3- Parumaon.

4- Partiga-tigaon.

5- Paningaon.

clip_image014

clip_image015

Berdasarkan silsilah atau Tarombo Batak maka Si Raja Batak sebagai leluhurnya melalu keturunannya Guru Tatean Bulan dan Raja Isumbaon.Namun menurut versi R Sinaga ada 3 anak dari si Raja Batak yaitu yang ketiga Toga laut yang dikatakannya sebagai leluhur dari orang-orang Nias.

Tuan Sori mangaraja mempunyai tiga isteri;isteri pertama adalah : Nai Ambaton, Nai Rasaon dan Nai Suanon. Keturunan Nai suanon adalah Sorba dibanua Sebagai generasi ke 4 (empat) dari si Raja Batak

Sorba dijulu berdomisili di Pangururan, dan anak kedua Sorba dijae bermukim di Sibisa, uluan sedangkan anak ketiga yang bungsu Sorba dibanua berdomisili di Lumban gorat Balige dan keturnan dari Sorba dibanua adalah SiBagotni pohan sebagai generasi ke 5 (lima) dari si Raja Batak.

Pada Umumnya Orang Tua zaman dahulu selalu menanamkan moral tinggi kepada anak-anaknya dan dipesankan agar ajaran tersebut diajarkan secara turun temurun. Salah satu contoh saya mengutip pesan Raja SiBagot ni pohan kepada anak-anaknya (ada empat orang), sebagai berikut:

”Parjolo ma hudok tu hamu; Ingkon denggan hamu tongtong masi ajarajaran, masianjuanjuan, jala Masihaholongan. Sai Pasiding hamu ma nasa parbadaan, alai eahi hamu ma pardamean. Ai:

  • Metmet bulung ni baja, metmetan do bulung ni banebane;
  • Ndang adong laba ni marbada , alai lehetan do na mardame.

Ikon marsada ni tahi jala saoloan hamu tongtong di ganup siulaon, asa saut na sinangkap ni rohamuna ,

  • Aek godang do aek laut;
  • Dos ni roha do sibahen na saut.

Ingot hamu tongtong adat dohot uhum maradophon angka dongan tubu, Hulahula, boru nang aleale.

  • Sai unang ma lupa horbo sian barana,
  • Sai unang ma peut ulos sian sangkotanna.

Ingkon tigor tongtong uhum dohot pambahenan tu saluhut (ingkon sijujung ni ninggor, sitingkos ni ari)

Ingkon hormat jala pantun hamu maradophon halak.

  • Pantun do hangoluan, tois do hamagoan

Ndang jadi lea roha mamereng na pogos dohot na marsiak bagi, alai ingkon asi do roha mamereng nasida.Ingkon urupan do halak na di bagasan hagogotan manang parmaraan.Ingkon pasangapon do angka natua-tua jala oloan hatana,ai:

  • Tahuak manuk di tanonbara ni ruma,
  • Halak na pasangap natuatua, ido halak na martua.

Kurang lebih begitulah pesan beliau dan masih banyak lagi pesan-pesan terutama bagai mana agar keturunannya jangan lupa kepada Maha Pencipta Ompung Mulajadi Na Bolon. Dan arti pesan-pesan diatas sebagai berikut:

(Yang Pertama saya pesankan pada kalian anak-anakku dan semua keturunan ku:” Haruslah kalian tetap saling mengajari, saling memaafkan, serta saling mengasihi. Harus kalian hindari pertengkaran. Tapi kalian ciptakan lah perdamean.

  • Metmet bulung ni baja, metmetan do bulung ni banebane;
  • Ndang adong laba ni marbada , alai lehetan do na mardame.

Artinya:

Kecik daun baja , lebih kecil daun banebane;

Tidak ada gunanya pertengkar, tetapi lebih baik kalau berdame.

Kalian harus sehati dan seia sekata disetiap ada pekerjaan, agar bisa terwujud apa yang kalian cita-citakan.

  • Aek godang do aek laut;
  • Dos ni roha do sibahen na saut.

Artinya :

Air besar adalah air laut;

Kesepakatan membuat segalanya terjadi.

Kalian harus mengingat tetap akan adat dan hukum(uhum) bagaimana menghadapi dongan tubu, Hulahula, Boru serta Aleale.

  • Sai unang ma lupa horbo sian barana,
  • Sai unang ma peut ulos sian sangkotanna.

Artinya:

Jangans sampai lupa kerbau akan kandangnya;

Jangan sampai lepas Ulos dari sangkutannya.

Jadi harus lurus dan benar hukum(uhum) dan perbuatan dijalankan untuk semuanya.

Harus kalian hormat dan sopan menghadapi orang-orang. Sikap sopan santun adalah jalan kehidupan , dan ceroboh/tidak beradat sumber malapetaka. Tidak boleh kalian hina melihat orang miskin serta orang yang susah, tetapi harus kalian mengasihi mereka, harus dibantu orang didalam kesusahan dan orang yang ditimpa kemalangan.

Kalian harus menghormati Orang tua , serta didenga dan dituruti nasihatnya ai:

  • Tahuak manuk di tanonbara ni ruma,
  • Halak na pasangap natuatua, ido halak na martua.

Artinya:

Berkokok ayam di bawah rumah;

Orang yang menghormati orang tua dialah yang mendapat rahmat.

Kurang lebih begitulah terjemahan dari pesan-pesan dari Raja Bangot Ni Pohan kepada anak dan keturunannya yang menanamkan nilai moral. Dan layak di patuhi.

Kita cukupkan dahulu sampai disini tentang asal muasal dari orang Batak untuk dapat menjadi pedoman dalam memaknai ulasan tentang adat istiadat dihalaman selanjutnya, dan akan lebih muda menyelami tata cara adat yang diuraikan nanti, karena laku tata cara adat tersebut tidak terlepas dari muatan muatan moral yang berintikan saling mengasihi dan menghormati hak-hak yang telah di hukumkan didalam prinsip “Dalihan Na tolu“


Bab.III.

KEMELUT MELANDA SUKU BATAK


Sejarah Batak mencatat bahwa Batak telah mengalami cobaan-cobaan yang sangat berat dan menentukan dalam kesatuan dan keutuhan yang dapat kita bagi dalam 3 priode yaitu :

1- Priode I tahun 1820 – 1821: Orang Padri (beragama Islam) dari Sumatera Barat menyerang tanah Batak yang pepuler dikalangan Batak (tingki ni Pidari). Tentang Perang Paderi ini sangat banyak versinya, salah satu versi yang mengatakan terjadinya penyerangan kaum Paderi menyerang ketanah Batak Toba adalah untuk membalas dendam oleh salah seorang dari clan Sinambela (Pongki Nangolngolan yang bermarga sinambela), yang lain memang adalah strategi yang dilakukan Paderi membendung masuknya Belanda dari Aceh ke Minangkabau melalui Tanah Batak, maka perlu direbut Tanah Batak. Terlepas dari semua versi tersebut, dampak dari penyerangan kaum paderi ketanah Batak sangat luar biasa, Korban manusia tidak terbilang banyaknya hingga tidak sempat menguburkannya dan membuang mayat-mayat tersebut ke Danau Toba hingga korban bertambah akibat epidemi penyakit menular. Disamping itu Rumah dan materi tidak terkecuali jadi sasaran penyerangan tersebut. Pada priode ini boleh dikatakan priode yang sangat menentukan dalam kesatuan Batak . Sebelum terjadinya penyerangan Paderi ke Tanah Batak boleh dikatakan orang Batak dikawasan Sumatera Utara masih bersatu dalam lingkungan Kerajaan dinasti Sisingamangaraja (negeri Toba tua) yang terdiri 3 puak (sub suku bangsa) : 1- Gayo Alas (Aceh tua), 2- Pakpak 3- Toba. Tetapi akibat agresi tentera padri timbullah Impasse (kesulitan yang susah dipecahkan) dalam segala bidang, baik dalam kemasyarakatan maupun dalam kerohanian, Dan ini dimulai dengan gugurnya SisingamangarajaX (ompu Tuan Nabolon) sebagai Maharaja yang dipercayai kesaktiannya dan tidak terkalahkan oleh siapapun karena adalah wakil dari Mulajadi Nabolon di Tanah Batak .

Tujuan Penyerangan ketanah Batak adalah untuk mengembangkan Agama Islam dan menbendung perkembangan Keristen yang berbarengan dengan kedatangan penjajah Belanda. Tetapi karena dilancarkan dengan kekerasan terhadap suatu suku bangsa yang fanatik terhadap kebudayaannya, maka akhirnya gagal, sebaliknya impasse ini kemudian telah menjadi pucuk dicinta ulam tiba bagi penjajah Belanda dan penyebaran ke keristenan sehingga separatisme dan desintegrasi menjadi-jadi ditengah-tengah masyarakat sukubangsa Batak , dimana timbullah puakpuak baru: 1- Simalungun, 2- Dairi, 3- Karo, 4- Angkola-Mandailing dan 5- Batak Melayu. ( dikutip dari Sejarah Batak oleh Batara Sangti hal. 25)

Penyerangan kaum paderi hanya mampu mengislamkan sampai batas sipirok atau sebata Tapanuli selatan, dengan demikian hampir boleh dikatakan semua daerah tapanuli selatan menganut Agama islam, meskipun sebelum penyerangn secara prontal dari tuanku Rao dengan pasukan paderinya ke daerah Batak telah lebih dahulu mubalik-mubalik dari daerah minangkabau memasuki daerah terdekat dengan Minangkabau.

2. Priode kedua ini masuknya Misionari-misionari dari Eropah dan Amerika .

Dimulai dengan Burton dan Ward dari Inggeris tahun diperkirakan pada tahun Priode II Masuknya Missionari-missionari dari Eropah. Dimulai dengan Burton dan Ward dari Inggeris yandiperkirakan 1824, kemudian diusir oleh Orang Batak dan kemudian Lyman dan Munson yang akhirnya dibunuh oleh orang Batak yang tidak berkenan dengan kehadiran mereka ditanah Batak yang kemudian kemudian masuknya Belanda ketanah Batak untuk memotong hubungan anatara pejuang-pejuang Aceh dengan Minangkabau yang terus bergolak, penyekatan yang efisien hanyalah dengan menduduki Tanah Batak, tetapi ditanah Batak pun Belanda menghadapi pejuang-pejuang Batak yang lebih gigih menentang kehadiran Belanda, hal ini dapat terjadi adalah jauh sebelum masuknya Belanda di Aceh, Suku Batak telah mengadakan hubungan dengan orang-orang Aceh, banyak orang Batak yang menuntut ilmu peperangan dan lainnya ke kerajaan Aceh, saat Belanda akan memasukli tanah Batak Aceh mengirimkan beberapa ahli perangnya membantu pejuang-pejuang Batak yang dipimpin Sisingamangaraja ke XII. Seiring masuknya Belanda ketanah Batak kelompok Missionari dari Jerman yaitu Dr.I.L.Nommensen memanfaatkan situasi tersebut untuk melakukan missinya dan berhasil. Nomensen cukup pandai, beliau beradaptasi dengan budaya Batak yang sangat dijunjung tinggi orang Batak, sakit dan penderitaan oleh pasukan Islam melalui pasukan paderi diobati oleh kelembutan Nomensen, dan kemampuan Nomensen mengadakan negoisasi dengan pemerintahan Belanda untuk memposisikan putra-putra Batak yang telah memeluk agama Keristen menjadi pemimpin (jaihutan, demang) didaerah daerah tertentu. Strategi ini sangat didukung oleh Belanda.

Pada tanggal 11 oktober 1833 dikeluarkan komisaris jenderal pemerintahan Hindia Belanda bernomor:310. yang menyatakan resminya dibentuk distrik Batak maka secara juridis Belanda resmi menguasai tanah Batak, bersamaan dengan kekalahan Kaum Paderi, meskipun telah distrik Batak telah menjadi kekuasaan Belanda namun perlawanan Orang Batak masih terus dibawah pimpinan Sisinga mangaraja XII

3- Priode Perang dunia ke 2. Setelah kekalahan Jerman maka sekutu memusatkan kekuatannya melumpuhkan Jepang. Sebelum Jepang menginjak tanah Batak Belanda telah menguasai pemerintahan dan mengatur administrasi di Tanah Batak.Masuknya Jepang di tanah Batak, membuat kekuasaan Belanda pudar dan tersingkir kemudian diganti oleh jepang dengan semboyan “saudara tua“, meskipun mengaku saudara tua bukan berarti sikapnya lebih bersaudara namun sebaliknya Jepang lebih kejam menindas dan memperlakukan orang batak diperlakukan tidak layak sebagai manusia. Orang-orang Batak yang telah didik dan diberi kesempatan belajar oleh Belanda, serta pemuda-pemuda Batak yang latih oleh Jepang didalam kemeliteran mempelopori perlawanan terhadap kemungkaran Jepang.Dan boleh dikatan pada priode ini boleh dikatakan priode pematangan dalam hal berpolitik bagi putra-putra Batak. Yang tertekan dan yang dibesarkan belanda dalam pendidikan bersama-sama bangkit dengan putra-putra Indonesia lainnya untuk mendeklerasikan diri untuk merdeka menjadi satu negara.banyak orang batak yang jadikan romusa.

Tidaklah berlebihan kalau dikatakan ketiga priode ini membuat dinamika kehidupan yang berlandaskan nilai-nilai budaya berubah, bahkan kestuan orang Batakpun terancam, pengaruh agama Keristen di Batak Toba sangat kuat dan sebaliknya pada Batak Mandailing dan Angkola, Agama Islam sangat dominan. Dengan demikian nilai-nilai budaya dan nilai-nilai religi Batak pun terkontaminasi dengan Agama yang dianut, seperti Batak Toba budaya dan agama leluhur telah di injilisasikan dan Batak Mandailing dan Angkola unsur-unsur keislaman. Namun yang tetap utuh prinsip kekarabatan “Dalihan natolu baik didaerah Batak toba maupun didaerah Mandailing dan Angkola; yaitu di Batak toba disebut :dongan sabutuha, Boru dan Hulahula sedang di Mandailing dan Angkola disebut; Kaha anggi, anak boru dan Mora. Dan tradisi Martarombo atau Martutur menjadi nilai budaya yang melestarikan semangat primordialisme. Jadi kesimpulan dari dampak dari ketiga priode tersebut Bagi kelompok orang Batak yang beragama kristen maka landasan utama perikehidupannya adalah kristen misalnya Batak Toba. Orang Batak yang bergama Islam, seperti Mandailing dan Angkola landasan utama perikehidupannya adalah Islam. Meskipun ada nilai tambah bagi Orang Batak Toba dalam mengamalkan ajaran-ajaran adat istiadat jauh lebih kuat, bahkan dalam situasi tertentu bisa lebih kuat dibandingkan dengan kekristenannya. Dan tidak jarang urusan gereja menjadi tersisih karena kepentingan adat yang mendesak, ini besarkemungkinan karena kemampuan orang Batak toba menyelaraskan prinsip-prinsip adat dengan ajaran injil, seperti penyebutan Ompung atau dewa menjadi Debata dan yang lain-lainnya.

Dan yang menarik untuk diperhatikan beberapa nilai yang paling menonjol pada orang Batak khususnya Batak toba sangat peka terhadap konflik dan Uhum dan kemampuan menyelesaikannya dengan berbagai argumentasi berdasarkan pengamalan mereka terhadap petuah-petuah “Ompung sijolojolo tubu“ oleh karena itu hampir boleh dikatan konflik tidak menjadi aib bagi orang Batak Toba. Selain itu apresiasi (penilaian dan penghargaan) orang Batak terhadap nilai-nilai hukum dengan menelaah suatu ungkapan yang terkenal sebagai berikut:

  • Togu urat ni bulu, toguan urat ni padang;

Togu hata ni uhum toguan hata ni padan

Maksudnya :“walaupun kuat akar bambu, lebih kuat lagi akar ilalang, walaupun kuat keputusan hukum lebih kuat lagi keputusan janji. (ini sebagai versi Batak Toba). Pada orang Batak Mandailing dan angkola yang mayoritas beragama Islam sebagai berikut:

  • Togu urat ni bulu, togu dope urat ni antoladan,

Togu pe hata ni uhum, toguan dope hata ni janji dohot padan.

Artinya : walaupun akar bambu kuat, lebih kuat lagi akar antoladan, walau kuat keputusan hukum, lebih kuat lagi keputusan janji dan ikrar.

Orang Batak hampir boleh dikatakan bergumul dan hidup didalam konflik dalam pengertian positif, karena setiap ada hajat untuk mengadakan suatu acara orang Batak akan mengadak permusyawaratan terlebih dahulu dalam suatu forum formal , dalam forum tersebut sering terjadi perdebatan bahkan terjadi konflik meskipun akhirnya dapat diselesaikan secara kekeluargaan. Kebiasaan-kebiasaan ini membuat orang Batak menghadapi konflik dapat dengan tenang sambil berpikir mencari jalan keluar.

Kemelut yang dihadapi suku Batak tidak saja membuat perpecahan yang sengaja diciptakan oleh kaum penjajah, tetapi juga mematangkan dan pembelajaran bagi orang-orang Batak untuk dapat menemukan jati dirinya. Tidak ada maksud untuk membuka luka lama atau mendeskritkan suatu kelompok, setidaknya melalui sejarah ataupun pengalaman suku bangsa dan dengan memahaminya bisa menjadi tolak ukur untuk mawas diri. Pada hakikatnya manusia cenderung untuk lupa dan melupakan sejarahnya, tanpa menyadarai banyak hal-hal yang perlu di hayati apa makna kejadian tersebut, dan tantangan apa yang akan dihadapi dan bagaimana menghadapinya. Harus ditanamkan didalam diri setiap Orang Batak atau siapapun bahwa tidak ada istilah terlambat untuk pembenahan diri ataupun menemukan Jati diri.

Kesimpulan :

Sebab-sebab Stagnan penggalian sejarah dan kebudayaan Batak :

satu; Akibat politik Belanda untuk mengurangi kefanatikan dari orang-orang batak, patuh kepada hukum adat, patuh kepada yang dihormati dll, dan mempengaruhi setiap penulis-penulis asing tentang Sejarah Batak, agar mengutamakan kepentingan kolonialisme Belanda.

Kedua; adalah sikap Animisme phobi dari kalangan batak yang telah memasuki Agama monotisme, seperti pihak Keristen, melarang margondang didalam setiap pesta seperti pesta memasuki rumah, acara adat sewaktu orang tua yang meninggal, perkawinan dll., atau dengan kata lain melakukan acara spritual yang ada indikasi mengundang Roh. Demikian juga Islam fanatik yang berpaham Wahabi (hambali), melarang segala aktifitas spritual diluar rukun Islam. Melarang bergaul atau bersilaturahmi dengan orang-orang ynag bukan Islam (kristen) yang dianggap kafir, kelompok Islam fundamental kadang kadang sangat berlebihan didalam penafsirn ajaran-ajaran agama Islam yang akhirnya membuat suatu suku bangsa dapat berpecah bahakan yang satu keluarga karena perbedaan paham mazhab bisa retak, ini bukan lah yang dikehendaki oleh Tuhan Maha Pencipta.

Kedua faktor diatas membuat lambatnya kemajuan orang Batak, masih bergulat disekitar keyakinan berdasarkan Agama yang dianut. Kekaburan sejarah, tidak musatahil orang Batak Gayo Alas tidak mengaku sebagai orang Batak demikian juga Karo,Simalungun, Nias, Mandailing Angkola, sipirok, masing-masing menyebut kelompoknya dengan Orang Batak karo menyebut dirinya suku Karo, suku Mandailing atau selatan, dll tanpa memakai embel-embel Batak.

Memang diatas tadi telah dijelaskan secara sekilas tentang Agama leluhur atau Keparcayaan orang Batak, yang juga salah satu dari bagaian Budaya, Namun selanjutnya akan dibahas adalah tentang tata cara dari bagian Budaya.

Bersambung ......(tata cara pelaksanaan adat batak 3)

Nonton TV

Halaman