Senin, 14 Januari 2013

JANJI LINTONG KE BAKKARA


Perlawanan seru Sisingamangaraja XII bersama pendukungnya terhadap Belanda semakin seru. Ada yang membuat hati sang ratu Belanda begitu geram. Entah siapa yang membuat surat atas nama Sisingamangaraja, masih kurang jelas. Sisingamangaraja tidak menulis suratnya sendiri dan stempel dipegang sekretarisnya yang disebut parmaksi.

Saya tidak hendak membicarakan adanya penghianatan terhadap Sisingamangaraja, tapi gerakan Belanda dengan ancaman itu membuat Sisingamangaraja mengungsikan semua keluarganya ke hutan.
Semula mereka berada di Hutan Lintong. Ada Ompu Babiat Situmorang pendukung perjuangan itu menjamin keselamatan sang raja dan keluarganya disana. Ada ikatan batin yang kuat pada kedua orang ini. Situmorang adalah “tulang” Sisingamangaraja turun-temurun. Situmorang adalah “pamupus” keluarga Sisingamangaraja. Situmorang memangku kewajiban “sada lulu” pada kerajaan Sisingamangaraja. Itu yang dilakonkan Ompu Babiat bersama klannya didukung oleh marga lain seperti Nadeak dan klan Siraja Oloan.
Bakkara diobrak abrik. Tidak ditemukan Sisingamangaraja dan keluarganya, akhirnya komplek istana beserta bangunan pendukung semuanya dibakar. Mendengar itu Sisingamangaraja XII bersedih. Kesedihan beliau dapat dipahami Ompu Babiat Situmorang. Sebelum pengungsian diarahkan ke Dairi, beliau berjanji. Kelak bila istana akan dibangun “parhau” bahan bangunan untuk itu dapat menggunakan kayu yang ada di Hutan Lintong.
Janji ini tidak tertulis, jadi siapa saja dapat meragukan kebenarannya. Namun, yang saya pahami. Janji para Raja yang terhormat walau tidak tertulis, saling percaya menjadi ikatan turun temurun. Cerita ini pun diutarakan Raja Punantun Sinambela cucu Raja Parlopuk abang dari pemangku Raja Sisingamangaraja XII. Cerita ini kembali diingatkan oleh putra beliau Raja Sintong Sinambela kepada saya dua minggu yang lalu saat kunjungan kami bersama Raja Tonggo Tua Sinambela ke Bakkara.
Istana Sisingamangaraja di Bakkara sat ini kondisi menyedihkan. Sebagai asset sejarah harusnya mengikuti tata cara habatahon yang dilaksanakan Sisingamangaraja. Ini mempengaruhi kualitas bangunan.
Apakah ini karena bahan material dari Hutan Lintong tidak disinggung? Apakah karena keluarga Sisingamangaraja tidak langsung melakukan pembangunan dan memohon kepada Situmorang merealisasikan janjinya?
Apakah mungkin Situmorang saat ini tidak lagi merasa memiliki hutan dan tidak tau ada janji kepada Sisingamangaraja?
Saya sendiri tidak tau, atau mungkin mereka juga tidak tau. Yang saya tau turunan Ompu Babiat Situmorang ada seorang sastrawan besar yaitu Sitor Situmorang. Saya pikir tak mungkin hanya beliau. Sitor sendiri pernah mengkritik pemugaran istana Bakkara melalui harian Waspada Medan November 1983 dengan tajuk “Pemugaran Istana Bakkara yang menyimpang dari sasaran budaya”. Taukah beliau ada janji itu?
Saat ini beredar informasi hutan Tele hendak “dimusnahkan” menjadi taman bunga. Saya ragu, apakah hutan Lintong yang telah dijanjikan itu termasuk dari bagian hutan Tele yang diperbincangkan? Atau setidaknya, apakah hutan wilayah pangkuan marga Situmorang itu termasuk hendak dibabat?
Kepada penguasa negeri perlu diingatkan.
Nikmat yang anda rasakan di alam kemerdekaan janganlah melupakan mereka yang berjuang.
Tetesan darah mereka masih berbekas saat bergerak dan belindung di hutan.
Janji dan harapan mereka patutlah dikenang.
Melupakan sejarah adalah bagian dari pengingkaran dan awal dari penghianatan.
sumber:http://tanobatak.wordpress.com/2008/03/06/janji-lintong-ke-bakkara/

Tidak ada komentar:

Nonton TV

Halaman